ADAT TERSISA DI BADUY LUAR

Rivan Awal Lingga

Suasana ramai menyelimuti Terminal Ciboleger yang merupakan terminal wisata Suku Baduy di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Saat pertama kali para wisatawan menginjakkan kaki di tempat ini mereka akan menemukan sederetan pedagang yang menawarkan buah tangan khas Suku Baduy. Sebagian orang juga ada yang menawarkan jasa mengantar para pengunjung untuk melihat langsung kehidupan suku yang menempati kawasan Pegunungan Kendeng ini.

Leluhur Baduy adalah orang-orang yang patuh dengan adat istiadat seperti menggunakan baju adat, ikat kepala dan selalu bertelanjang kaki. Mereka sangat pantang menerima kebudayaan modern. Tapi saat ini adat istiadat tersebut sudah tidak berlaku untuk orang-orang Baduy Luar yang menempati kampung Gajeboh.

Gajeboh adalah nama kampung keempat yang di tempati oleh masyarakat Baduy Luar. Jaraknya hanya satu setengah jam berjalan kaki dari Terminal Ciboleger. Kampung ini juga merupakan tempat favorit bagi para wisatawan dengan alasan letaknya bersebalahan langsung dengan Sungai Ciujung. Tempat ini terletak di Desa Kanekes dan telah berkembang menjadi tujuan wisata khususnya para pecinta alam. Penggunaan telepon genggam, lampu penerangan, dan gaya berpakaian masyarakat perkotaan sudah bukan menjadi hal yang tabu di tempat ini.

Suasana bangunan atap rumah Suku Baduy di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Seorang perempuan suku Baduy Luar berdandan di depan rumahnya di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Diantara serangan modernisasi tersebut, suku yang menganut Sunda Wiwitan ini masih mempunyai adat istiadat yang tidak boleh dilanggar. Salah satu contohnya seperti bangunan rumah berbentuk panggung yang menghadap ke selatan, dan setiap warga di Kampung Gajeboh selalu memakai gelang jimat yang berfungsi untuk mengusir ruh jahat. Saat panen tiba masyarakat di Baduy Luar selalu menyimpan padi hasil panennya di leuit atau lumbung padi yang berbentuk seperti rumah panggung namun ukurannya lebih kecil.

"Pondok teu meunang disambung, nu lojor teu meunang dipotong" (yang pendek tak boleh disambung dan yang panjang tak boleh dipotong). Maknanya, orang Baduy pada dasarnya menerima alam sebagaimana adanya. Seperti itulah filosofi sederhana suku yang menempati hulu Sungai Ciujung ini.

Sejumlah wisatawan asing mengunjungi suku Baduy Luar di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Seorang perempuan warga suku Baduy Luar menenun kain khas Suku Baduy di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Seorang warga Suku Baduy Luar menggunakan gelang jimat saat bersantai di depan rumahnya di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Seorang warga Suku Baduy Dalam melintas di depan warga Suku Baduy Luar yang bermain telepon genggam di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Sebuah foto terpajang di dinding salah satu rumah warga Suku Baduy Luar di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Seorang warga SUku Baduy Dalam berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Seorang warga Suku Baduy Luar mengambil padi dari dalam leuit atau lumbung padi di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Seorang bocah melintas dengan membawa buah durian di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Kasim (26) bersantai di dalam rumahnya saat malam hari di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Suasana malam hari tanpa listrik di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten.

Teks dan foto: Rivan Awal Lingga

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi