723 TAHUN MAJAPAHIT

Ismar Patrizki

Pada 723 tahun silam, tepatnya 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka atau yang diperkirakan jatuh pada 12 November 1293, sebuah perhelatan agung digelar di wilayah timur Pulau Jawa, tepatnya di sekitar wilayah yang kini bernama Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur. Seorang raja dinobatkan dengan gelar abiseka Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana. Penabalan sang raja yang juga bernama lain Raden Wijaya tersebut menandai babak baru sejarah Nusantara, yaitu berdirinya Kerajaan Majapahit.

Selama kurang lebih tiga abad, Wilwatikta berhasil mempersatukan wilayah Nusantara di bawah panji-panji Surya Majapahit. Pataka Majapahit, Sang Getih-Getah atau Gula Kelapa, berkibar di seluruh wilayah Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik atau Singapura, dan sebagian Filipina. Kesemuanya dicapai pada era pemerintahan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi yang kemudian dilanjutkan putranya, Sri Rajasanagara Hayam Wuruk, dengan didampingi Mahapatih Gajah Mada dan sejumlah tokoh lainnya. Pada era itulah, Majapahit mencapai masa keemasan.

Berbagai kearifan, pengetahuan, dan budaya dari masa Majapahit kemudian banyak diadopsi negara yang kini dikenal dengan nama Indonesia. Pataka Majapahit, Sang Getih-Getah atau Gula Kelapa, yang berwarna merah dan putih menjadi inspirasi untuk bendera kebangsaan Republik Indonesia, Sang Saka Merah Putih. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bisa diartikan 'berbeda-beda tetapi tetap satu' diambil dari kakawin Sutasoma gubahan Mpu Tantular, seorang bujangga Kerajaan Majapahit. Kitab yang diperkirakan digubah pada abad XIV itu mengajarkan toleransi antarumat beragama, terutama antara penganut Hindu-Siwa dan Buddha yang merupakan dua ajaran keagamaan terbesar di Majapahit kala itu. Masih banyak hal lain yang diwariskan kerajaan bercorak agraris dan maritim tersebut kepada bangsa Indonesia.

Sejumlah warga mengikuti prosesi penghormatan saat Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Candi Brahu, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Bendera Merah Putih dan simbol-simbol Kerajaan Majapahit disemayamkan menjelang Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Pendopo Agung, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Tujuh ratus dua puluh tiga tahun setelah pendirian Majapahit, sebuah perhelatan agung kembali digelar di ibu kota Wilwatikta, tepatnya di kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Sebanyak 723 bendera Merah Putih dan selembar bendera sepanjang 100 meter diarak bersamaan dengan replika pataka dan pusaka serta simbol-simbol Majapahit dalam perhelatan Kirab Getah-Getih Majapahit.

Tepat pada 12 November 2016, di wilayah yang sama saat Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit, dengan dihadiri ribuan orang berlatar belakang keagamaan dan keyakinan yang berbeda dari sejumlah daerah, sebuah kirab megah digelar. Mereka seolah terpanggil untuk hadir memenuhi undangan para leluhur untuk sekali lagi datang ke tanah pitarah dalam rangka hari jadi ke-723 Majapahit. Para hadirin berkumpul meneladani kejayaan dan kearifan Majapahit. Secara bersama-sama, mereka memanjatkan doa perdamaian, memohon kemakmuran dan kesejahteraan bagi negeri ini, serta menyuarakan Bhinneka Tunggal Ika dengan lantang, persatuan dan kesatuan bangsa di atas segala perbedaan.

Rahayu.. Rahayu.. Rahayu

Sejumlah pemuda pemudi bersiap mengikuti Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Pendopo Agung, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Seorang warga memanjatkan doa menjelang Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Pendopo Agung, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Bendera Merah Putih dan simbol-simbol Kerajaan Majapahit disemayamkan menjelang Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Pendopo Agung, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Sejumlah warga membawa Bendera Merah Putih dan simbol-simbol Kerajaan Majapahit saat Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Pendopo Agung, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Peserta dari elemen pramuka mengusung Bendera Merah Putih raksasa saat Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Pendopo Agung, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Seorang warga mengenakan atribut Surya Majapahit dan Garuda Pancasila saat Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Candi Brahu, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Warga dari berbagai elemen mengikuti upacara penghormatan saat Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Candi Brahu, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Warga dari berbagai elemen mengikuti upacara penghormatan saat Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Candi Brahu, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Bendera Merah Putih, lambang Garuda Pancasila, dan simbol-simbol Kerajaan Majapahit disemayamkan saat puncak Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Candi Brahu, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Warga dari berbagai elemen mengibarkan Bendera Merah Putih saat mengikuti Kirab Getah-Getih Majapahit memperingati hari jadi ke-723 Kerajaan Majapahit di Candi Brahu, kawasan cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Foto dan Teks: Ismar Patrizki

Licencia

Elige la licencia que se adapte a tus necesidades
$ 200
Foto Historia Regular Licencia
Editorial y Online, 1024 px, 1 dominio
$ 500
Photo Story Exhibition & Publishing
Photo Exhibition & Publishing