MELESTARIKAN TABUIK PARIAMAN

Iggoy el Fitra

"Pariaman tadanga langang, Batabuik makonyo rami...."

(Artinya, Pariaman sepi, karena Tabuik makanya ramai).

Kota pantai sekitar 20 kilometer dari Kota Padang, Sumatera Barat itu memiliki perhelatan budaya dan pariwisata yang sanggup menarik ribuan orang untuk datang menyaksikannya, yakni Tabuik, yang merupakan perayaan Asyura (10 Muharram).

Sejumlah warga Nagari Pasa melakukan prosesi mengambil tanah, di Simpang Galombang, Pariaman, Sumatera Barat.

Hulubalang Nagari Pasar usai melakukan prosesi "Maambiak Batang Pisang" di Pariaman, Sumatera Barat.

Tabuik diawali pada 1 Muharram, yakni dilaksanakannya prosesi "Maambiak Tanah" atau mengambil tanah oleh dua kelompok Tabuik, yakni Nagari Pasa dan Subarang. Prosesi ini bermakna, bahwa manusia berasal dari tanah.

Kemudian pada tanggal 5 Muharram, prosesi dilanjutkan dengan "Manabang/Maambiak Batang Pisang" atau menebang batang pisang dengan satu tebasan, melambangkan apa yang dilakukan oleh musuh Allah terhadap Hasan-Husein.

Selanjutnya, ada sejumlah prosesi lainnya menjelang 10 Muharram, yakni "Maatam", "Maradai", "Maarak Panja/Jari-jari", "Maarak Saroban", "Tabuik Naiak Pangkek" dan "Hoyak Tabuik" hingga dibuang ke laut.

Warga nagari Subarang mengerjakan pembuatan badan Tabuik, di Pariaman, Sumatera Barat.

Sejumlah warga Nagari Pasa mengelilingi "Daraga" saat prosesi "Maatam", di Rumah Tabuik Pasa, Pariaman, Sumatera Barat.

Awalnya, pesta budaya itu merupakan perayaan dalam rangka memperingati gugurnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. Dilakukan mulai 1 hingga 10 Muharram. Namun kini, perayaan Tabuik disesuaikan dengan kebutuhan pariwisata, dengan tetap menjaga seluruh prosesi tetap dilaksanakan. Waktu pelaksanaanya pun bertambah panjang, dari hanya satu minggu, kini menjadi dua minggu lebih.

Selain berdampak ekonomi dan tingkat kunjungan wisata, penyelenggaraan pesta budaya tabuik itu juga mendorong lahirnya berbagai sanggar kesenian daerah.

Pemkot Pariaman bersama masyarakat berkomitmen untuk terus menjaga seni dan kebudayaan daerah itu, dengan harapan generasi selanjutnya dapat menikmati serta melestarikannya.

Warga Nagari Subarang mengusung "Panja" saat prosesi "Maatam", di Rumah Tabuik Pasa, Pariaman, Sumatera Barat.

Sejumlah warga Nagari Subarang, mengusung Tabuik Mini, saat prosesi "Maarak Panjai", di Pariaman, Sumatera Barat.

"Saroban" atau sorban yang juga diarak saat prosesi "Maarak Saroban", di Pariaman, Sumatera Barat.

Warga nagari Subarang memasang "bungo salapan" saat prosesi " Tabuik Naik Pangkek", di Kota Pariaman, Sumatera Barat.

Warga nagari Subarang memasang "bungo salapan" saat prosesi " Tabuik Naik Pangkek", di Kota Pariaman, Sumatera Barat.

Dua tabuik dipertontonkan saat puncak Pesona Budaya Hoyak Tabuik sebelum dibuang ke laut, di Pantai Pariaman, Sumatera Barat.

Sebuah tabuik dipertontonkan saat puncak Pesona Budaya Hoyak Tabuik sebelum dibuang ke laut, di Pantai Pariaman, Sumatera Barat.

Sebuah tabuik dipertontonkan saat puncak Pesona Budaya Hoyak Tabuik sebelum dibuang ke laut, di Pantai Pariaman, Sumatera Barat.

Sebuah tabuik dipertontonkan saat puncak Pesona Budaya Hoyak Tabuik sebelum dibuang ke laut, di Pantai Pariaman, Sumatera Barat.

Foto dan teks : Iggoy el Fitra

Editor : Andika Wahyu

Licencia

Elige la licencia que se adapte a tus necesidades
$ 200
Foto Historia Regular Licencia
Editorial y Online, 1024 px, 1 dominio
$ 500
Photo Story Exhibition & Publishing
Photo Exhibition & Publishing