MENJALIN PERSAHABATAN DI PUNCAK FULAN FEHAN

Cuaca panas tak membuat mereka merasa gerah ataupun lelah. Justru semangat mereka terpacu untuk menyukseskan Festival Fulan Fehan 2018 dengan menampilkan tarian Likurai serta tarian Antama (tarian berburu) yang menjadi kebudayaan masyarakat di kawasan perbatasan itu. Festival Fulan Fehan 2018 merupakan festival yang diprakarsai Kemendikbud melalui Platform Indonesiana dengan tujuan tetap menjaga kebudayaan Indonesia agar tidak hilang ditelan waktu. Festival ini merupakan tempat untuk mempertemukan semua suku dan masyarakat di kabupaten itu untuk merayakan persahabatan yang sudah terjalin dengan baik. Ada yang istimewa dari festival tahun ini yakni dipentaskannya tarian Antama, sebuah tarian yang mengisahkan tentang perburuan hewan yang sudah menjadi budaya dari masyarakat di Rai Belu. Tarian Antama adalah tradisi turun temurun yang sudah dilakukan masyarakat di daerah itu. Biasanya puluhan suku berkumpul dan melakukan ritual sebelum melakukan Antama atau berburu, namun tradisi ini perlahan mulai hilang sejak tahun 1990-an, terutama karena lahan tempat perburuhan mulai menyusut dan berkurang. Tarian ini dipadukan dengan tarian Likurai yang sudah menjadi legenda selama ini. Tidak kurang 1.500 penari memeriahkan festival tahunan ini yang berasal dari Kabupaten Belu tepatnya di Kecamatan Lamaknaen. Tema besar festival ini adalah perayaan persahabatan, dan itu ditunjukkan dengan hadirnya duta besar Timor Leste, sejumlah bupati dan sejumlah tamu undangan dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut Bupati Belu Willy Lay, melalui Festival Fulan Fehan dirinya ingin merajut persahabatan baik antara masyarakat sekitar dengan masyarakat Timor Leste. ?Kami ingin merajut Indonesia dari perbatasan sekaligus membuat perbatasan ini jadi paling aman di dunia," tuturnya. Kornelis Kaha

Siang itu bukit Fulan Fehan di Kabupaten Belu, NTT tidak seperti biasanya. Bukit yang biasa digunakan untuk padang pengembalaan hewan ternak itu dipenuhi penari anak-anak.

Penari memperagakan tarian Antama (tarian berburu).

Bupati Belu Willy Lay (tengah) berpose dengan sejumlah penari Antama.

Sejumlah penari Likurai dan penari Antama melakukan gerakan menari saat digelarnya Festival Fulan Fehan 2018 di bukit Fulan Fehan, Kabupaten Belu, NTT.

jumlah penari Likurai memukul gedang (tebe).

Sejumlah penari Likurai berbaris sambil memukul gedang (tebe).

Sejumlah tamu undangan menikmati hasil buruan para pemburu (antama) dalam makan adat bersama usai digelarnya Festival Fulan Fehan.

Sejumlah penari meniupkan alat musik tradisional berupa suling bambung.

Sejumlah penonton berpose dengan sorang penari usai digelarnya Festival Fulan Fehan.

Sejumlah penari meniupkan alat musik tradisional berupa suling bambung.

Penari Antama berpose bersama sebelum pentas festival Fulan Fehan.

Penari Antama Cilik.

Alat tebe yang digunakan para penari.

Para penari festival Fulan Fehan 2018.

Tiga penari memperagakan tarian Likurai.

Cuaca panas tak membuat mereka merasa gerah ataupun lelah. Justru semangat mereka terpacu untuk menyukseskan Festival Fulan Fehan 2018 dengan menampilkan tarian Likurai serta tarian Antama (tarian berburu) yang menjadi kebudayaan masyarakat di kawasan perbatasan itu. Festival Fulan Fehan 2018 merupakan festival yang diprakarsai Kemendikbud melalui Platform Indonesiana dengan tujuan tetap menjaga kebudayaan Indonesia agar tidak hilang ditelan waktu. Festival ini merupakan tempat untuk mempertemukan semua suku dan masyarakat di kabupaten itu untuk merayakan persahabatan yang sudah terjalin dengan baik. Ada yang istimewa dari festival tahun ini yakni dipentaskannya tarian Antama, sebuah tarian yang mengisahkan tentang perburuan hewan yang sudah menjadi budaya dari masyarakat di Rai Belu. Tarian Antama adalah tradisi turun temurun yang sudah dilakukan masyarakat di daerah itu. Biasanya puluhan suku berkumpul dan melakukan ritual sebelum melakukan Antama atau berburu, namun tradisi ini perlahan mulai hilang sejak tahun 1990-an, terutama karena lahan tempat perburuhan mulai menyusut dan berkurang. Tarian ini dipadukan dengan tarian Likurai yang sudah menjadi legenda selama ini. Tidak kurang 1.500 penari memeriahkan festival tahunan ini yang berasal dari Kabupaten Belu tepatnya di Kecamatan Lamaknaen. Tema besar festival ini adalah perayaan persahabatan, dan itu ditunjukkan dengan hadirnya duta besar Timor Leste, sejumlah bupati dan sejumlah tamu undangan dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut Bupati Belu Willy Lay, melalui Festival Fulan Fehan dirinya ingin merajut persahabatan baik antara masyarakat sekitar dengan masyarakat Timor Leste. ?Kami ingin merajut Indonesia dari perbatasan sekaligus membuat perbatasan ini jadi paling aman di dunia," tuturnya. Foto dan Teks: Kornelis Kaha

Editor: Zarqoni Maksum

Licencia

Elige la licencia que se adapte a tus necesidades
$ 200
Foto Historia Regular Licencia
Editorial y Online, 1024 px, 1 dominio
$ 500
Photo Story Exhibition & Publishing
Photo Exhibition & Publishing