Tanah Indonesia kembali berguncang. Bumi Raflesia, Bengkulu, dilanda gempa tektonik berkekuatan 7,9 pada skala Richter pada Rabu, 12 September 2007. Gempa ini juga menguncang pesisir barat Pulau Sumatera. Lima belas orang tewas, puluhan terluka saat gempa yang berpusat pada 159 km barat daya Kota Bengkulu pada kedalaman 10 km itu terjadi. Kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Lais, Kabupaten Bengkulu Utara.
Kehilangan, kerugian, dan kesedihan pun tak terhindarkan. Puluhan ribu bangunan rusak parah, prasarana umum pun tak luput dari getaran gempa. Ketakutan dan kekhawatiran menyelimuti warga yang terpaksa mengungsi meninggalkan rumah ke tenda-tenda pengungsian, sekaligus untuk menghindar dari dampak susulan getaran bumi pertiwi yang tak kunjung berhenti.
Warga pun larut dalam kegalauan, tak terkecuali bocah-bocah yang selamat dari bencana. Mereka harus menghadapi realita dan trauma pascagempa di tenda-tenda yang berada di lokasi pengungsian.
Dunia kekanakan bocah-bocah korban gempa kini mereka jalani dari tenda ke tenda. Tak ada lagi rumah tempat bernaung, tak ada lagi ruangan kelas yang nyaman, segala aktivitas mulai dari makan, tidur, bermain sampai dengan bersekolah terpaksa mereka jalani di bawah tenda.
Seiring berjalannya waktu, bantuan pun mulai berdatangan. Meski tak mengalir seperti air, bantuan materil maupun nonmateril dari berbagai pihak mulai bisa dirasakan para bocah penghuni tenda-tenda darurat. Gelak tawa ceria bocah-bocah kini sayup-sayup terdengar lagi di tanah Lais.
Kini, mereka hanya mampu bertahan menanti uluran tangan seraya mencoba memaknai bencana di usia belia.
Foto dan Teks: Ismar Patrizki