Indonesia adalah negeri yang kaya beragam budaya. Bermacam adat-istiadat dan tradisi warisan leluhur tetap lestari dalam hidup keseharian masyarakat hingga saat ini, seperti tradisi tua kultus Dewi Sri di Pulau Jawa.
Dewi Sri merupakan dewi kesuburan dan bercocok tanam. Ia dipercaya sebagai simbol kemakmuran, penjaga padi dan sawah. Cerita rakyat menyebutkan, dari tubuh sang dewi lah, tanaman suci padi berasal, sumber kehidupan bagi masyarakat berbudaya agraris atau pertanian.
Salah satu kelompok masyarakat yang hingga kini masih melestarikan penghormatan kepada dewi yang dalam tradisi Sunda Kuno disebut Pwah Aci Sanghyang Asri atau Nyi Pohaci, yaitu warga Kasepuhan Adat Banten Kidul, di Sukabumi, Jawa Barat.
Setahun sekali satu upacara untuk menghormati Dewi Sri digelar oleh masyarakat agraris yang mendiami kawasan Kaki Gunung Halimun itu. Sebuah gelaran budaya persembahan rasa syukur atas berkah sang dewi memberi panen padi berlimpah. Acara ini dibungkus secara indah dan khidmat dalam bentuk serangkaian prosesi spiritual berpadu gelaran seni, penuh nilai religius dan falsafah hidup, yang disebut Seren Taun.
Tak hanya dalam perayaan, unsur-unsur dewi padi disampaikan pula dalam bahasa simbolik. Untaian padi keemasan, lesung, dan sederetan lumbung, tak hanya berarti benda belaka, melainkan merupakan penanda kehadiran sang dewi di marcapada (bumi), sekaligus menjadi bukti masih hidupnya salah satu tradisi budaya tua dalam peradaban nusantara.
Tradisi luhur yang menurunkan adat istiadat penata perilaku insan pengusungnya agar senantiasa bersahaja terhadap sesama makhluk, dan arif dalam memanfaatkan alam. Mengambil seperlunya, tanpa merusak.
Selama ratusan tahun tradisi itu tetap lestari dan terjaga. Dipegang teguh oleh anak-anak manusia pewaris budaya padi, di tengah hempasan gelombang pengaruh dari dunia luar.
Foto dan Teks: Ismar Patrizki