Semi (60), pemilik sawah seluas sekitar dua hektar di pinggir aliran Sungai Konto, Dusun Mblaru, Kecamatan Badas, Kediri
Santik (40), petani cabai, kol, terong, dan tomat dengan total luas lahan hampir dua hektar di Desa Petung Ombo, Kediri
Supari (55)
Tuin (38 tahun) petani dan peternak sapi perah di Desa Sambirejo Kutut
Romlah (43) petani cengkeh, durian, pisang, coklat, dan alpukat dengan luas lahan sekitar seperempat hektar di Laharpang, Kediri
Sutiyono (44), petani cabai dan tomat dengan luas lahan sekitar seperempat hektar di Laharpang, Kediri
Suparman (65), petani cabai, durian, pisang, palawija, dengan luas lahan 1 hektar di Laharpang, Kediri
Ngadi (73 tahun), petani jagung, jahe, bawang merah, dan cabai, serta beternak sapi perah di Sambirejo Kutut, Pandansari, Ngantang, Malang
Mursidi (48), petani tomat dan cabai dengan luas lahan 1 hektar di Desa Mulyorejo, Kediri
Juki (43), petani jagung, cabai, dan beberapa jenis tanaman lainnya di Dusun Sambirejo Kutut, Ngantang, Malang
Pandi (61), pemilik sawah seluas sekitar seperempat hektar di pinggir aliran Sungai Konto, Dusun Mblaru, Kecamatan Badas, Kediri
Sekali saja letusan Gunung Kelud itu terjadi pada tanggal 13 Februari 2014. Namun muntahan materi vulkanik gunung itu berakibat banyak bagi sektor kehidupan masyarakat di sekitar Gunung Kelud. Abunya menutupi atap-atap rumah dan jalanan hingga 700 km dari Gunung yang terlihat tak perkasa itu. <br /><br />Kerusakan massal di rumah-rumah penduduk terlihat kawasan Kediri dan Malang. Atap-atap rumah roboh akibat tak mampu menanggung beban abu vulkanik. Setelah rumah tak lagi bisa ditinggali, yang lebih menyedihkan bagi warga yang rata-rata bekerja sebagai petani dan peternak tersebut adalah hilangnya mata pencaharian mereka akibat ladang, kebun, dan sawah mereka rusak. Rata-rata satu kepala keluarga bisa menggarap atau memiliki 0,25 hektare lahan pertanian. <br /><br />Ratusan hektar tanaman perkebunan puso akibat letusan Gunung Kelud, sementara lahan persawahan rusak akibat tergerus lahar dingin. Cabai, tomat, jagung dan durian, yang sudah siap panen dalam sekejap mata saja menjadi hamparan abu vulkanik. Sementara tanaman seperti nanas, cengkeh, kopi, meskipun masih bisa diselamatkan, namun petani tetap harus memundurkan masa produksi tanaman antara tiga bulan hingga dua tahun, tergantung pada jenis tanaman yang mereka garap. <br /><br />Dinas perkebunan Jawa Timur membagi tingkat kerusakan menjadi tiga, yakni ringan, sedang dan berat. Dikatakan rusak ringan jika mengalami penurunan produksi 15 persen, rusak sedang jika penurunan produksi mencapai 30-40 persen. Bila penurunannya lebih dari 40 persen, itu dikategorikan rusak berat. Kerugian di sektor komoditas pertanian, seperti padi, jagung, kedelai, cabai, tomat, kentang, nanas, dan bunga mawar, nilainya mencapai Rp1,1 triliun.<br /> <br />Para peternak pun tak kalah merugi. Kawasan Ngantang yang terkenal dengan hasil susu sapi itu kini harus bersabar. Seperti juga manusia, hewan ternak pun mengalami stress sehingga peternak tidak dapat memerah susu sapi seperti biasa. Secara keseluruhan produksi susu di wilayah Kabupaten Malang menurun hingga 50 persen. <br /><br />Seolah tak cukup dengan kerusakan yang ada di depan mata, para petani dan peternak ini masih harus memikirkan cara mengembalikan pinjaman modal kepada bank untuk tanaman-tanaman mereka yang gagal panen tersebut. <br /><br />Doa sudah dipanjatkan kepada Tuhan, namun tindakan nyata dari pemerintah lah yang diharapkan menjadi jawaban atas doa-doa para petani dan peternak di kawasan terdampak letusan Gunung Kelud. <br /><br /><br />Teks dan Foto : Rosa Panggabean <br />