Puluhan ribu orang turun ke jalan di sebuah kota kecil di pesisir Sumatera bernama Bagansiapi-api di Kabupaten Rokan Hilir, Riau pada medio Juni 2014. Sebuah replika kapal besar yang terbuat dari bambu, kayu dan berhiaskan kertas dan kain berwarna-warni diarak oleh para pria dengan perlahan, dan seakan terlihat mengapung di tengah lautan manusia.<br /><br />Ini adalah puncak dari "Bakar Tongkang", sebuah ritual kuno etnis Tionghoa di Bagansiapi-api yang kini menjadi daya tarik pariwisata di Riau. Tradisi ini terus berlangsung turun temurun, dari orang tua ke anak cucu mereka, bersama legenda dan mitos yang menyelimutinya. Ritual tersebut dilakukan setiap tanggal 15-16 bulan 5 tahun Imlek, yang kali ini bertepatan dengan tanggal 13-14 Juni 2014. <br /><br />Ritual Bakar Tongkang bermula dari legenda perantauan 18 warga dari Fujian, dipimpin oleh Ang Mie Kui, yang menyeberangi lautan dari daratan Tiongkok pada tahun 1820. Dikisahkan saat itu, kampung halaman mereka dilanda krisis pangan dan dikuasai oleh rezim penguasa yang tiran. Mereka mengarungi samudra untuk mencari kehidupan yang lebih baik sambil membawa serta patung Dewa Laut, King Ong Ya, di atas kapal.<br /><br />Para perantauan itu sempat kehilangan arah dan nyaris putus harapan sebelum akhirnya melihat cahaya dari daratan, yang akhirnya menjadi tempat tinggal baru mereka. Sejak saat itu, tanah tempat mereka berlabuh terkenal sampai sekarang dengan nama Bagansiapi-api. Kabarnya Ang Mie Kui bersama perantau lainnya lantas membakar kapal yang mereka gunakan sebagai bentuk sumpah bahwa mereka akan menetap di tanah baru itu. <br /><br />Sejak saat itu, replika tongkang setiap tahunnya dibakar sebagai bentuk syukur. Selain itu, Bakar Tongkang juga seperti membawa pesan tersendiri bagi setiap warga Tionghoa Bagansiapi-api yang sudah merantau jauh ke berbagai penjuru dunia, sehingga mereka merasa terpanggil untuk menghadiri ritual tersebut.<br /><br />Orang-orang tua masih percaya, arah tiang tongkang yang jatuh akan menunjukan rejeki tahun ini. Kalau tiang jatuh ke laut, maka rejeki banyak di usaha di laut dan kalau ke darat maka sebaliknya rejeki banyak di darat<br /><br />Sedangkan bagi generasi yang muda, Bakar Tongkang juga merupakan saat untuk mempererat persaudaraan, agar tidak melupakan tanah leluhurnya.<br /><br /><br />Foto & Teks : FB Anggoro<br />
RITUAL BAKAR TONGKANG BAGANSIAPI-API Foto & Teks FB Anggoro Puluhan ribu orang turun ke jalan di sebuah kota kecil di pesisir Sumatera bernama Bagansiapi-api di Kabupaten Rokan Hilir, Riau pada medio Juni 2014
RITUAL BAKAR TONGKANG BAGANSIAPI-API Foto & Teks FB Anggoro Puluhan ribu orang turun ke jalan di sebuah kota kecil di pesisir Sumatera bernama Bagansiapi-api di Kabupaten Rokan Hilir, Riau pada medio Juni 2014