Belum lagi matahari pagi bersinar, dimana sebagian warga Surabaya masih terlelap, tapi tidak bagi Taruna-Taruni Akademi Angkatan Laut (AAL) yang akan melaksanakan pelayaran latihan praktek (lattek) Kartika Jala Krida 2020.
Derap kaki 85 Taruna-Taruni tingkat III itu melangkah pasti, menaiki tangga KRI Bima Suci yang siap membawa mereka mengarungi nusantara.
Tradisi berlayar bagi para kadet kali ini, sungguh berbeda. Saat pandemic Covid -19 KRI Bima Suci tidak keliling dunia sebagai misi diplomasi, tetapi melintas nusantara serta singggah di pulau-pulau terpencil dan terluar.
Sejumlah Taruna AAL tingkat III angkatan ke-67 bersiap menaiki KRI Bima Suci di Dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Caligi, Pesawaran, Lampung.
Taruna AAL tingkat III angkatan 67 menaiki KRI Bima Suci.
Taruna calon pengawal samudera itu sejatinya akan digembleng menjadi pelaut handal dengan mengarungi lautan yang tidak sepi dari ombak dan badai, dalam pelayaran selama 98 hari, menempuh jarak 9.910 mil laut.
Rasa cinta tanah air akan bangkit menjadi tanggungjawab menjaganya ketika menyaksikan keindahan alam nusantara, serta keramahan penduduknya yang beragam.
"Pelayaran ini menerapkan protokol kesehatan dengan kedisiplinan tinggi, semua wajib mentaati dan memelihara kesehatan sehingga nanti pada saat kembali pada tanggal 2 Januari 2021 kondisi mereka tetap bugar dan negatif dari COVID-19", ungkap Pangkoarmada II Laksamana Muda TNI Heru Kusmanto, pada pelepasan pelayaran itu di Dermaga Madura Koarmada II, Ujung, Surabaya.
Sejumlah Taruna AAL tingkat III angkatan ke-67 menarik tali untuk menggulung layar KRI Bima Suci saat berlayar di Samudera Hindia.
Sejumlah Taruna AAL tingkat III angkatan ke-67 mengikuti parade roll di atas KRI Bima Suci saat akan sandar di Dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Caligi, Pesawaran, Lampung.
KRI Bima Sakti adalah pengganti kapal legendaris KRI Dewaruci merupakan kapal layar latih bagi taruna/kadet dengan layar tiang tinggi kelas Barque buatan galangan kapal Freire, Vigo, Spanyol tahun 2017, memiliki panjang 111,2 meter, lebar 13,65 meter serta kedalaman draft 5,95 meter.
Para taruna itu seolah sedang napak tilas tradisi nenek moyang bangsanya yang menjadikan kejayaan di laut biru nusantara.
"Nenek moyangku seorang pelaut", demikian petikan lirik lagu yang kerap dinyanyikan anak-anak di seluruh Indonesia. Memang benar, nenek moyang bangsa ini adalah para pemberani yang kerap menantang ganasnya lautan.
Taruna AAL tingkat III angkatan ke-67 memploting peta saat berlayar melewati Selat Bali.
Taruna AAL tingkat III angkatan ke-67 mengemudikan kapal saat berlayar di Samudera Hindia.
Jalesveva jayamahe
Di Lautan Kita Tetap Jaya
Sejumlah Taruna AAL tingkat III angkatan ke-67 bersiap memakai pakaian di ruang tidur di KRI Bima Suci.
Sejumlah Taruna-Taruni AAL tingkat III angkatan ke-67 bersama prajurit TNI AL awak KRI Bima Suci memasak di dapur KRI Bima Suci.
Taruni AAL tingkat III angkatan ke-67 menembak matahari (bestex) menggunakan 'Sextant' di atas geladak KRI Bima Suci saat berlayar di Samudera Hindia.
Taruni AAL tingkat III angkatan ke-67 menembak matahari (bestex) menggunakan 'Sextant' di atas geladak KRI Bima Suci saat berlayar di Samudera Hindia.
Sejumlah Taruna AAL tingkat III angkatan ke-67 mengikuti parade roll di atas KRI Bima Suci saat akan sandar di Dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Caligi, Pesawaran, Lampung.
KRI Bima Suci saat lego jangkar di perairan Teluk Ratai, Lampung.
Foto dan Teks : M Risyal Hidayat
Editor : Saptono