MENGUBAH KELOR DARI TANAMAN PAGAR MENJADI ANDALAN EKSPOR

Basri Marzuki

Bagi warga Kota Palu, Kelor (Moringa eloifera) bukanlah tanaman asing. Hampir setiap rumah memiliki tanaman ini yang digunakan sebagai pagar alami yang bisa sewaktu-waktu dipetik daunnya sebagai bahan makanan. Bahkan saking merakyatnya tanaman ini, sampai ada mitos jika seseorang dari luar Kota Palu mengonsumsi tanaman ini yang diolah menjadi sayur, maka ia akan seterusnya menetap di Palu.

Dulu sebelum ilmu pengetahuan bisa menguak khasiat tumbuhan ini, kelor hanya tumbuh liar dibiarkan begitu saja. Perubahan terjadi setelah para peneliti menemukan berbagai manfaatnya, mulai dari sebagai pelumas berbagai peralatan mekanis, hingga produk kecantikan, kesehatan dan potensi pangan bergizi. Nilai ekonomisnya pun melonjak signifikan.

Pada tahun 1999, Fuglie LJ mempublikasikan hasil penelitiannya yang mengejutkan dunia tentang kandungan nutrisi Kelor yang tertuang dalam buku “The Miracle Tree: Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics”. Buku yang memicu gelombang penelitian ilmiah lanjutan tentang Kelor ini, kemudian direvisi tahun 2001 dan dipublikasikan kembali dalam judul : “The Miracle Tree: The Multiple Attributes of Moringa”. Dunia pun kian mengenal potensi Kelor.

Seorang ibu memetik daun kelor yang untuk dibuat sayur di rumahnya di Desa Balane, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Selain digunakan sebagai pagar alami rumah, warga juga memanfaatkan kelor sebagai bahan makanan.

Deretan sedikitnya 150 jenis makanan yang dapat dibuat dengan melakukan diversifikasi produk kelor ditampilkan pada sebuah pameran produk kelor di Palu, Sulawesi Tengah.

Hal inilah yang kemudian memacu Kota Palu untuk mengembangkan potensi bisnis kelor. Dari sekitar delapan spesies tanaman kelor di tanah air, enam spesies diantaranya tumbuh di Kota Palu. Dan kini semakin banyak kelompok warga yang mengusahakan budidaya kelor ini, baik yang terorganisir maupun dilakukan secara individu. Pemerintah setempat pun memberikan dukungan positif atas usaha tersebut misalnya dengan menyelenggarakan festival kreasi makanan berbahan kelor.

Demikian pula dengan pihak swasta, dalam setahun terakhir ini, tercatat sedikitnya tiga perusahaan nasional telah terjun ke bisnis budidaya kelor dan ketiganya berorientasi pasar ekspor. Manajemen budidaya diterapkan agar bisa menghasilkan kelor yang sesuai dengan keinginan pasar. Bahkan Moringa Organik Indonesia (MOI) yang berkantor pusat di Jakarta lantas membangun pusat pembelajaran kelor terbesar di Asia (Asian Moringa Learning Center-Integrated Organic Moringa Farma and Processing) di Kota Palu.

Prospek itu makin mencerahkan setelah sejumlah perusahaan yang berafiliasi dengan kelompok usaha di Pulau Jawa telah berhasil melakukan ekspor ke sejumlah negara seperti Korea, Jepang dan Amerika Serikat.

Deretan sedikitnya 150 jenis makanan yang dapat dibuat dengan melakukan diversifikasi produk kelor ditampilkan pada sebuah pameran produk kelor di Palu, Sulawesi Tengah.

Aneka produk berbahan dasar kelor yang siap dikonsumsi masyarakat.

Kelor di Palu pun semakin berkembang, dari tanaman pagar rumah menjadi andalan ekspor yang mendunia.

Senior Manager Museum Rekor Indonesia (MURI) Jusuf Ngadri (kiri) memberikan penghargaan atas rekor penyajian jenis makanan terbanyak berbahan dasar kelor kepada Gubernur Sulteng Longki Djanggola.

Warga menyiapkan lahan untuk penanaman kelor yang dikelola secara berkelompok di Desa Balane, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. ANTARAFOTO/Basri Marzuki

Warga menyiapkan lahan untuk penanaman kelor yang dikelola secara berkelompok di Desa Balane, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. ANTARAFOTO/Basri Marzuki

Hamparan tanaman kelor yang dibudidayakan salah satu perusahaan swasta di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Sulawesi Tengah.

Pekerja berada di antara tanaman kelor yang dibudidayakan oleh salah satu perusahaan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Sulawesi Tengah.

Pekerja menunjukkan daun kelor yang baru saja dipanen di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Sulawesi Tengah.

Warga mengikuti pelatihan budidaya tanaman kelor di Desa Balane, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Biji kelor yang telah dikeringkan dan siap diolah untuk menjadi beragam produk.

Sajian sayur kelor dengan santan kental yang menjadi salah satu menu makanan andalan warga.

Teks dan foto: Basri Marzuki

Editor: Andika Wahyu

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi