PRODUKSI KEJU LASI DI KAKI GUNUNG MARAPI

Iggoy el Fitra

Angin berembus pelan saat pagi tiba di Nagari Lasi, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang berada di ketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Di peternakan "Lassy Dairy Farm", lenguhan sapi menandakan matahari sudah terbit di ujung bukit. Pekerja kemudian mulai membersihkan sapi-sapi itu untuk diperah susunya.

Suhatril (39), pemilik "Lassy Dairy Farm", sudah membuka usaha sapi perah sejak tahun 2015, sepulangnya ia merantau dan menyelesaikan kuliahnya.

Foto udara Lassy Dairy Farm yang berada di kaki Gunung Marapi, Nagari Lasi, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Sapi-sapi perah yang dimiliki Lassy Dairy Farm.

Ia merasa terpanggil untuk kembali ke kampung halaman di kaki Gunung Marapi dan mengembangkan potensi yang ada di daerah tersebut dengan membuka usaha di bidang pertanian dan peternakan.

Karena budaya minum susu di masyarakat setempat masih rendah, maka pada permulaan usahanya, Suhatril kesulitan memasarkan susu. Lalu ia pun mencoba mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Setelah melakukan riset, ia memutuskan untuk membuat produk keju mozarella, keju ala Italia yang dikenal dengan teksturnya yang mudah meleleh.

Pekerja memerah susu sapi secara manual untuk diolah menjadi keju mozarella.

Pekerja menyaring susu sapi yang baru saja diperah.

Menurutnya, keju mozarella memperbaiki karakter susu segar yang dari segi umur sangat pendek. Penyimpanan susu juga susah karena volumenya besar dan distribusi pun sulit karena benda cair. Sementara itu keju mozarela, umurnya lebih panjang, pengiriman lebih mudah, dan distribusi bisa lebih jauh karena fasenya berupa padatan.

Tahun 2018, Suhatril mulai memperkenalkan sekaligus memasarkan keju mozarella yang diberi nama "Keju Lasi" itu ke Sumbar, Riau, dan Jambi.

Selain peternakan dan pembuatan keju, "Lassy Dairy Farm" juga dibuka sebagai destinasi wisata edukasi bagi siswa PAUD dan SD di sekitar kawasan tersebut.

Pekerja menghangatkan susu sapi yang diperah pada hari sebelumnya, untuk diolah menjadi keju mozarella.

Pekerja memasukan olahan susu sapi yang padat, untuk dijadikan keju mozarella.

Namun, masa pandemi COVID-19 membuat penjualan susu, keju, dan kunjungan turun drastis. Karena itu, Suhatril kini membuka tempat usahanya itu tidak hanya bagi siswa saja, tetapi juga sebagai wahana edukasi bagi keluarga sekaligus kafe untuk menikmati hidangan berbagai macam olahan keju.

Keju Lasi, diklaim sebagai keju pertama di pulau Sumatera yang memiliki karakteristik khas, karena tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa, dan emulsifier.

Pihaknya berkomitmen memberikan produk keju yang sehat bagi masyarakat, karena diproduksi di kampung dan diklaim lebih segar, sebab bahan baku langsung dari peternakan sendiri, dan prosesnya bisa dilihat langsung oleh para pengunjung.

Pekerja mengecek tekstur keju mozarella yang hampir jadi.

Pekerja mengurangi kadar air yang masih terdapat di keju mozarella yang baru saja diolah.

Produk Keju Lasi dijual mulai harga Rp30 ribu per potong atau Rp130 ribu per kilogram. "Lassy Dairy Farm" juga mengembangkan produksi aneka makanan yang menggunakan keju mozarella yang memiliki ciri khas meleleh saat dinikmati.

Keju mozarella dipotong sesuai ukuran sebelum dikemas.

Keju mozarella yang sudah dipotong, ditimbang dahulu sebelum dikemas.

Suhatril, pemilik Lassy Dairy Farm menunjukkan Keju Lasi yang sudah dikemas dan siap dipasarkan ke wilayah Sumbar, Riau, dan Jambi.

Stik keju mozarella, merupakan salah satu makanan olahan yang menggunakan Keju Lasi.

Pengunjung menikmati keju mozarella yang memiliki ciri khas meleleh di kafe Keju Lasi.

Foto dan Teks: Iggoy el Fitra

Editor : Andika Wahyu

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi