NELAYAN PULANG KAMPUNG

Muhammad Adimaja

Terik matahari ditambah aroma laut bercampur limbah, tercium menyengat saat memasuki kawasan kampung nelayan Cilincing, Jakarta Utara. Deretan kapal kayu khas nelayan jaring terparkir tak beraturan di pinggir dermaga.

Tampak seorang nelayan sedang memperbaiki jaring. Pria paruh baya itu bernama Royani yang sejak tahun 2006 tinggal di kawasan tersebut dan menggantungkan hidupnya dari laut. Royani yang biasa disapa Pitak itu, mencari ikan di sekitar Teluk Jakarta bersama teman perantauannya, Judi dan Sukardi. Mereka bertiga adalah teman kecil di sebuah kampung pesisir di Indramayu, Jawa Barat.

Seperti umumnya tradisi masyarakat jelang hari raya Idul Fitri, mereka juga berencana untuk pulang kampung. Mereka mudik menggunakan kapal seperti rutinitas sebelumnya. Tahun ini, mereka memutuskan berangkat agak awal, sehari sebelum larangan dan penyekatan mudik oleh pemerintah. Berbagai kebutuhan selama di perjalanan mereka siapkan, seperti logistik makanan, bahan bakar dan tak lupa oleh-oleh untuk keluarga dan handai taulan. Lama perjalanan menuju Indramayu memang tidak bisa diprediksi, tergantung cuaca dan kondisi perairan.

Sejumlah kapal milik nelayan bersandar di dermaga Kampung Nelayan, Cilincing, Jakarta Utara.

Nelayan asal Indramayu, Sukardi (kiri) berbincang dengan temannya di Cilincing, Jakarta Utara.

"Ya kita liat cuaca juga, kan pakai kapal kalau anginnya kencang bisa bahaya," ujar Royani dengan logat Indramayu yang kental.

Perjalanan dimulai sore hari saat sinar mentari mulai hangat dengan rute perairan laut Jawa. Menjelang dini hari, kabut mulai muncul menyelimuti permukaan, bergerak pelan menutupi cakrawala. Sang Nahkoda pun memberikan perintah untuk mematikan mesin dan melepas jangkar karena kabut membuat jarak pandang sangat terbatas. Kapal berhenti dan mereka beristirahat sambil menunggu waktu sahur tiba.

Usai santap sahur, perjalanan pun dilanjutkan. Laut masih bersahabat, riak gelombang muncul malu-malu. Memasuki tengah hari, suhu sangat menyengat, puncaknya menyentuh 47 derajat celsius. Cukup membuat energi terkuras tapi hal itu tak menyurutkan ABK untuk tetap berpuasa.

Nelayan asal Indramayu, Judi menyalakan mesin kapal di Dermaga Kampung Nelayan, Cilincing, Jakarta Utara.

Nelayan Cilincing asal Indramayu Royani (tengah), Sukardi (kiri) dan Judi (kanan) berada di perairan Teluk Jakarta saat berlayar menuju Indramayu.

Tak terasa, perjalanan sudah sehari semalam. Tibalah kapal mereka di perairan Eretan, perbatasan Subang-Indramayu. Royani memutuskan untuk mencari ikan. Bendera pancang mulai dilepaskan ke laut sebagai titik utama dan Sukardi mulai menawur jaring, sementara Judi memasak nasi dan air panas untuk berbuka puasa.

"Lumayan kalau dapat ikan, bisa dijual dan tambah-tambah uang buat keluarga di kampung", kata pemilik kapal Erika Jaya ini.

Menjelang tengah malam, saat menunggu tarik jaring, mulai terdengar suara gemuruh dan kilatan petir. Hujan pun turun, ombak yang awalnya bergeram tenang mendadak berubah menjadi gelombang kencang yang membuat air laut masuk ke dalam kapal. Memang, hantaman gelombang itu berlangsung hanya 20 menit tapi cukup membuat mereka berjibaku mengeluarkan air yang masuk ke lambung kapal.

Kapal milik Royani di perairan Teluk Jakarta.

Nelayan asal Indramayu Judi membakar ikan hasil tangkapan untuk berbuka puasa di perairan Teluk Jakarta.

Setelah cuaca membaik, perjalanan dilanjutkan kembali. Setelah menempuh kurang lebih dua jam dari titik terakhir, tibalah di daerah Pancer Daun, yaitu kawasan belantara mangrove yang di tengahnya membentang banyak aliran sungai. Terlihat, sekelompok burung kuntul terbang 'mengawal' kedatangan kapal. Alunan musik dangdut pantura mulai terdengar dan suara manusia bersahutan menawar hasil laut, tanda perkampungan tak jauh lagi.

Tak lama berselang, kapal mulai sandar dan mereka disambut dekapan erat dari kerabat.

Sebuah pelukan sesaat, pelepas dahaga rindu yang berat.

Sukardi melaksanakan shalat di tengah laut dalam perjalanan menuju Indramayu.

Suasana di atas kapal saat terkena gelombang tinggi di perairan Teluk Eretan, Indramayu, Jawa Barat.

Judi berlindung menggunakan plastik saat hujan dan gelombang tinggi di perairan Teluk Eretan, Indramayu, Jawa Barat.

Permukaan air laut di perairan Teluk Eretan, Indramayu, Jawa Barat.

Nelayan Indramayu, Royani mengendalikan kapalnya di perairan Teluk Eretan, Indramayu, Jawa Barat.

Dua ekor burung terbang di antara hutan mangrove di kawasan muara Pancer Daun, Karangsong, Indramayu, Jawa Barat.

Sukardi memeluk istrinya saat tiba di desa Cemara, Losarang, Indramayu, Jawa Barat.

Royani dan keluarga berfoto bersama saat Hari Raya Idul Fitri di desa Cemara, Losarang, Indramayu, Jawa Barat.

Foto dan Teks : Muhammad Adimaja

Editor : Prasetyo Utomo

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi