Tidak mudah untuk menyaring air laut menjadi garam, perlu proses yang cukup panjang. Diawali dengan membuat lahan yang rata untuk tempat mengalirkan air laut untuk diendapkan dan diulang hingga lima kali dalam lahan yang berbeda. Air laut yang disalurkan melalui selokan khusus itu dinaikkan menggunakan tenaga kincir angin atau pompa mesin ke lahan dan dilakukan pengecekan kadar garam dengan salinitas atau pengukur kadar garam pada air laut tiap dua hari.
Selanjutkan air laut yang berkadar garam lebih tinggi akan dialirkan ke lahan berikutnya begitu seterusnya hingga masuk ke lahan kelima yang merupakan proses terakhir pengkristalan garam. Minimal suhu panas matahari yang dibutuhkan untuk membentuk kristal sekitar 32 derajat celcius dan tanpa hujan. Kristal garam dapat dipanen pada pekan kedua atau hari ke-15. Sementara dengan teknologi geomembran dalam jangka waktu tersebut bisa panen dua kali.
Meskipun Madura manjadi pemasok 70 persen dari total kebutuhan garam nasional, namun hanya segelintir orang yang mampu merasakan "manisnya" garam Madura yaitu pengusaha dan tengkulak. Sementara para pengolah dan buruh olah garam seperti di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, masih sulit menikmati hasil jerih payah mereka sebagai penghasil garam dengan kualitas terbaik di Indonesia karena selama ini hasil olahan garam mereka hanya dihargai Rp350 ribu hingga Rp500 ribu per ton atau jauh dibawah harga ketetapan Pemerintah sebesar Rp750 ribu per ton.
Pekerja meratakan lahan garam, di Desa Bunder, Pamekasan, Jatim.
Pekerja meratakan lahan garam, di Desa Bunder, Pamekasan, Jatim.
Target Indonesia menuju swasembada garam tahun 2015 dan Indonesia bebas impor garam, terus menjadi pelecut semangat bagi pengolah garam di Madura. Mereka terus melakukan berbagai upaya seperti penggunaan geomembran pada lahan garam atau penggunaan alas lahan garam, sehingga mendongkrak produksi menjadi dua kali lipat dengan kualitas garam industri dibanding dengan pengolahan garam secara konvensional.
Sejak setahun terakhir, sebagian pengolah garam di Madura memanfaatkan teknologi terbaru meski tidak sedikit kelemehan yang mereka temui saat diterapkan di lapangan seperti kurang kerasnya kristal garam dan butiran lebih halus. Namun berbagai upaya terus dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian agar Indonesia bebas impor garam pada tahun 2015, menuju swasembada garam pada 2017.
Foto dan Teks : Saiful Bahri