Panas terik dan debu tak mengurungkan langkah sekumpulan perempuan di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, untuk membagikan makanan bergizi. Mereka yang bersatu dalam Ojek Makanan Balita (Omaba) ini memiliki sasaran khusus, yakni balita gizi buruk.
Penggagas Omaba, Vita Fatimah, mengungkapkan, Omaba fokus pada pemberian makanan pokok yang bergizi, bukan pada pembagian susu formula dan biskuit. Saat pertama kali Omaba dibentuk pada 2012, kasus stunting di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, sedang berstatus kejadian luar biasa. Saat itu ada 29 kasus balita gizi buruk dan bahkan ada juga kasus kematian bayi.
Vita yang saat itu menjabat sebagai Ketua PKK Kelurahan Cisaranten Kidul, mengatakan, stunting sulit diatasi karena warga kurang mampu yang diberi susu formula untuk anaknya, ternyata banyak yang memilih untuk menjual kembali susu tersebut.
Seorang relawan bersiap untuk memasak di Dapur Omaba.
Sejumlah daftar menu yang ada di Dapur Omaba.
Setelah Omaba beroperasi, tim yang terdiri dari ibu-ibu PKK, Posyandu, dan Majlis Taklim mulai memasak sendiri makanan yang bergizi. Makanan yang dimasak di dapur Omaba akan didistribusikan dengan motor ke rumah-rumah warga kurang mampu yang memiliki balita gizi buruk.
Program ini akan berlangsung selama 90 hari untuk setiap balita sasaran. Pertumbuhan para balita itu akan dipantau secara berkala. Sumber dana operasional Omaba didapat dari pemerintah, sebesar Rp10 ribu untuk setiap balita. Meski pemerintah tak lagi memberikan kucuran dana selama dua tahun akibat pandemi, namun mereka berhasil mengumpulkan dana operasional secara swadaya.Â
Omaba telah berhasil meraih Penghargaan Swasti Saba Wiwerda dari Kementerian Kesehatan pada 2018 dan banyak penghargaan lainnya. Omaba diharapkan bisa diaplikasikan ke seluruh Indonesia karena program ini dianggap tepat dikelola warga lokal yang tahu betul akan wilayah dan keadaan di lapangan.
Aktivitas memasak relawan Omaba.
Relawan menyiapkan makanan bagi balita penerima.
Vita mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk memberikan instruksi yang tegas agar penanganan stunting bisa menjangkau semua masyarakat kelas bawah. Bagi Omaba, stunting membutuhkan aksi nyata, bukan hanya wacana semata.
Seorang relawan membawa kotak penyimpanan makanan di Dapur Omaba.
Relawan menyiapkan kendaraan untuk mengantarkan makanan.
Pengantar makanan menuju kediaman penerima manfaat.
Vita Fatimah (kiri) bersama relawan menyusuri sawah untuk memberikan makanan kepada balita.
Vita Fatimah (kiri) memberikan makanan kepada balita.
Balita menerima makanan bergizi dari relawan Omaba.
Foto dan teks Raisan Al Farisi
Editor : Fanny Octavianus