Kalimantan adalah rumah bagi Suku Dayak dan dikenal sebagai paru-paru dunia karena luas hutannya yang mencapai 40,8 juta hektare.
Hutan dengan segala isinya tersebut menyimpan manfaat bagi kehidupan manusia, tak terkecuali untuk kesehatan.
Di Balikpapan, Kalimantan Timur, seorang perempuan keturunan Suku Dayak asli, Mei Christy (38) memanfaatkan akar (bajaka) kalawit untuk dijadikan obat herbal. Karena kecintaannya kepada hutan, Mei menamakan hasil racikan akar-akaran yang didapatnya di hutan Kalimantan itu dengan nama Lati Taka yang dalam bahasa Dayak berarti Hutan Kita. Hasil dari keuntungan penjualan produk herbal ini juga didedikasikan untuk mendukung pelestarian hutan adat di kawasan Long Gelang, Kabupaten Paser, serta pendidikan bagi anak-anak Suku Dayak yang kurang mampu.
Seorang pekerja menyusuri hutan mencari bahan baku obat herbal akar (bajaka) di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Seorang pekerja mencari bahan baku obat herbal akar (bajaka) di kawasan hutan Balikpapan, Kalimantan Timur.
Dalam mengolah obat herbalnya, Mei dibantu empat orang peracik, mulai dari yang menyiapkan bahan baku, meracik hingga mengemas untuk siap dipasarkan.
Racikan herbal khas Suku Dayak dibuat dengan bahan baku dari alam, mulai dari akar kuning, pasak bumi, akar tembelekar dan beberapa ramuan herbal khas Dayak lainnya. Berbagai bahan herbal ini diracik dan dikemas dengan mengutamakan higienitas, sehingga bermanfaat sebagai obat maupun terapi untuk beberapa penyakit seperti nyeri, flu, batuk, meningkatkan imunitas tubuh, vitalitas, kesehatan kulit, kanker, hingga hepatitis.
Melalui Pameran UMKM Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dan SMEXPO Pertamina 2021 di Samarinda, eksistensi Lati Taka Borneo menjadi bukti bahwa mitra binaan Pertamina berhasil naik kelas dengan mengembangkan pasarnya hingga ke mancanegara. Pembinaan dari Pertamina dimulai sejak Januari 2021. Bentuknya antara lain berupa bantuan modal pengembangan usaha, pelatihan, hingga pendidikan herbalis lanjutan.
Pekerja memotong bahan baku obat herbal akar (bajaka) jenis kalawit di hutan Balikpapan, Kalimantan Timur.
Seorang pekerja merebus bahan baku obat herbal di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Selain harus tekun dan ulet, pemilik sertifikat Herbalis ini mengaku bahwa jaringan komunikasi yang luas juga diperlukan bagi pelaku UMKM untuk dapat terus berkembang dan naik kelas.
“Saya mengucapkan amat sangat terima kasih karena sudah membimbing kami hingga saat ini. Memang kami belum lama bergabung dalam Program Kemitraan Pertamina, namun dampaknya sudah langsung dirasakan hingga produk kami sampai Ke Turki. Semua ini berkat Pertamina,†ungkap Mei.
Rebusan bahan obat herbal yang sudah diracik untuk dicoba kualitasnya di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Peracik menyicipi obat herbal yang sudah direbus untuk dicoba kualitasnya di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Proses pengemasan obat herbal Lati Taka untuk dipasarkan di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Peracik mengemas campuran akar bahan obat herbal untuk dipasarkan di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Akar bajaka yang siap dikemas untuk dipasarkan di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Pemilik UMKM Lati Taka Borneo, Mei Christy menawarkan kepada pengunjung produk obat herbal tradisional saat Pameran Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Pertamina SMEXPO 2021 di Samarinda, Kalimantan Timur.
Pekerja menunjukan produk obat herbal Lati Taka yang sudah siap dijual di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Tampilan produk Lati Taka Borneo di laman www.smexpo.pertamina.com di Samarinda, Kalimantan Timur.
Foto dan teks : Yulius Satria Wijaya
Editor : Prasetyo Utomo