Sabtu 4 Desember 2021, Gunung Semeru kembali bergejolak. Di sore yang mendung itu, Semeru meletus memuntahkan awan panas guguran.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono mengungkapkan, letusan Semeru berkaitan dengan curah hujan tinggi di sekitar puncak gunung sehingga menyebabkan runtuhnya bibir lava yang memicu awan panas guguran.
Awan panas guguran Gunung Semeru menerjang permukiman warga di sejumlah wilayah Lumajang dan memutus Jembatan Geladak Perak yang menjadi penghubung Kabupaten Malang dengan Lumajang. Desa Sumberwuluh dan Desa Supiturang merupakan wilayah yang paling terdampak. Ribuan warga mengungsi, puluhan korban meninggal dan ratusan rumah warga rusak tertimbun material.
Awan panas meluncur dari kawah Gunung Semeru terlihat dari Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.
Warga melintas di atas timbunan abu vulkanik dari guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur.
Pemerintah bergerak sigap. Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, relawan dan dibantu warga segera turun ke lokasi bencana sekaligus melakukan evakuasi warga terdampak. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengirim tim reaksi cepat serta bantuan logistik berupa makanan, tenda, dan selimut untuk membantu penanganan dampak awan panas guguran.
Bantuan dari berbagai kalangan pun terus berdatangan. Palang Merah Indonesia (PMI) menerjunkan dua unit mobil Hagglung ke lokasi bencana. Kendaraan dengan roda rantai besi ini mampu menerjang segala medan termasuk suhu panas, untuk evakuasi korban bencana Semeru dan mengangkut logistik baik bagi korban maupun operasional relawan.
Beberapa Kementerian juga turun membantu. Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) menyiapkan internet melalui satelit untuk posko-posko bencana.
Seekor sapi mati akibat tertimbun abu vulkanik dari guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur.
Aktivitas Gunung Semeru tercatat melalui seismograf dari pos pantau di desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.
Kementerian Sosial juga memastikan semua kebutuhan permakanan pengungsi terpenuhi serta menyediakan pendongeng bagi anak-anak pengungsi untuk menghilangkan trauma, sementara Kementerian PUPR mengerahkan alat berat untuk membantu percepatan evakuasi korban dan pembersihan lokasi terdampak.
Foto udara kondisi pemukiman di Dusun Curah Kobokan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.
Warga mengamati truk pengangkut pasir yang tertimbun material guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur.
Kondisi jembatan Besuk Koboan atau Geladak Perak yang putus akibat terjangan guguran awan panas Gunung Semeru di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.
Debu vulkanik letusan Gunung Semeru menempel pada bunga mawar yang berada di halaman rumah warga di Curah Koboan, Pronojiwo, Jawa Timur.
Sejumlah keluarga korban menanti informasi terkait keluarganya yang hilang di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur.
Prajurit TNI membantu warga mengevakuasi hewan ternak di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur.
Warga mengangkat televisi dari rumahnya yang rusak akibat awan panas guguran Gunung Semeru di Dusun Curah Kobokan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.
Dua bingkai foto keluarga tertutup material guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur.
Mobil Hagglund PMI menyusuri aliran guguran awan panas Gunung Semeru di Curah Koboan, Pronojiwo, Jawa Timur.
Tim SAR gabungan mencari korban yang tertimbun material tersebut di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur.
Lambang negara burung garuda tertutup abu vulkanik gunung Semeru di SDN Supiturang 1, Lumajang, Jawa Timur.
Foto dan teks : Zabur Karuru, Seno, Ummarul Farukh, Ari Bowo Sucipto
Editor : Prasetyo Utomo