Kawasan karst di Indonesia mencakup luas sekitar 15,4 juta hektare dan tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan perkiraan umur dimulai sejak 470 juta tahun sampai yang terbaru sekitar 700.000 tahun.
Keberadaan kawasan ini menunjukkan bahwa pulau-pulau Indonesia banyak yang pernah menjadi dasar laut, namun kemudian terangkat dan mengalami pengerasan. Wilayah karst biasanya berbukit-bukit dengan banyak gua.
Contohnya seperti di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya terdapat banyak gua dan jumlahnya mencapai ratusan. Bahkan beberapa tahun lalu, pegiat gua yang tergabung dari Tasikmalaya Caving Community (TCC) telah melakukan penelusuran dan penelitian di sejumlah daerah mencatat sebanyak 319 goa. Menurutnya itu pun baru ditemukan di beberapa kecamatan yang ada di kawasan tersebut. Sekjen TCC Fajar Utama memperkirakan terdapat lebih banyak lagi goa di Kabupaten Tasikmalaya.
Wilayah di sekitar gua akan mendapat banyak keuntungan. Terutama lahan pertanian akan cukup terbantu dengan keberadaan gua, sebab gua merupakan habitat bagi kelelawar. Peran kelelawar dalam menjaga keseimbangan ekosistem sangatlah penting, contohnya sebagai penyerbuk alami. Ada beberapa tumbuhan yang tidak bisa dibudidayakan manusia, sebab tumbuhan tersebut hanya bisa disemai oleh kelelawar.
Kotoran kelelawar juga dapat menjadi pupuk alami bagi kesuburan tanah. Menurut Fajar selain pemakan buah-buahan, kelelawar merupakan binatang pemakan serangga. Hama sawah seperti belalang juga dimakan kelelawar. Hal tersebut membuktikan kelelawar sangat membantu para petani menekan populasi hama sawah.
Gua dengan batuan kapur yang berpori juga berfungsi untuk menampung air atau sebagai sumber air. Ketika hujan turun airnya akan diserap oleh batuan karst seperti spon menyerap air. Kemudian air tersebut akan dialirkan ke sungai di dalam tanah dan ke mata air yang nantinya dimanfaatkan manusia.
Selain bermanfaat untuk kesuburan dan menjaga ekosistem, gua bisa dimanfaatkan sebagi objek wisata dan edukasi. Banyak ilmuwan mengatakan goa merupakan museum hidup. Sebab struktur batuan, tanah dan hewan yang hidup di dalam gua dapat menjadi objek penelitian.
Instruktur Himpunan Kegiatan Speleologi (Hikespi) Alex Mahmudin Ali menambahkan, cukup disayangkan banyak gua di Indonesia yang ditambang untuk kebutuhan industri.
Di negara maju gua berada di bawah pengawasan Departement Heritage, bahkan dirawat dalam bentuk konservasi. "Selain itu gua dijual untuk sarana edukasi dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan," ujar Alex.
Dalam dunia pendidikan di negara maju siswa sekolah dasar telah diajarkan mengenai ilmu kesinambungan alam. Ilmu tersebut nantinya akan menjadi dasar kesadaran mereka menjaga kelestarian alam. Namun di negeri ini yang memiliki banyak potensi alam, tidak ada kurikulum kesinambungan alam di dunia pendidikan.
Foto dan Teks: Adeng Bustomi