Langit jam sembilan pagi terlihat cerah hari ini. Semburat menerobos celah-celah pepohonan, menambah eksotisnya salah satu hutan tempat berkoloninya lebah penghasil madu di Teluk Betung, Kota Bandar Lampung, Lampung.
Langkah pun mulai menjejak ke sisi dalam hutan. Nyanyian Tonggeret dan suara angin saling mengisi ruang, pertanda musim hujan segera berakhir.
Berawal dari kekhawatiran sulitnya mendapatkan madu murni, seorang warga Kota Bandar Lampung bernama Isnina mulai belajar secara otodidak untuk membudidayakan lebah madu pada tahun 2016.
Pakaian yang digunakan oleh "bee keeper" digantung di peternakan lebah madu Suhita.
"Bee keeper" bersiap untuk memanen madu di peternakan lebah madu Suhita.
Pada tahun 2019, dengan memanfaatkan lahan seluas satu hektare miliknya, ia mulai membuka usaha perkebunan ternak lebah yang diberi nama peternakan Lebah Madu Suhita.
Ada beberapa jenis lebah yang dibudidayakan di tempat tersebut yaitu Apis Mallifera, Apis Dorsata dan Trigona Utama yang dapat menghasilkan 200 kilogram madu setiap 40 harinya.
Usai panen, madu tersebut dibawa ke rumah kemas yang jaraknya hanya memerlukan waktu tempuh kurang lebih 20 menit dari hutan. Di rumah kemas ini, madu akan ditimbang dan dicicipi, kemudian akan dilakukan pengujian Organoleptic sebelum dilepas ke pasaran secara luring maupun daring.
"Bee keeper" memanen madu di peternakan lebah madu Suhita.
"Bee keeper" menunjukkan sarang lebah Apis Mallifera di peternakan lebah madu Suhita.
Dengan menjual produk melalui ekosistem digital seperti yang tengah digalakkan pemerintah saat ini untuk industri kecil dan menengah (IKM), Madu Suhita dapat meraup keuntungan yang lebih besar dibanding berjualan dengan cara konvensional.
Dalam satu bulan Isnina mampu menjual 2000 sampai 2700 botol melalui e-commerce dan sosial media, sedangkan bila dengan cara konvensional hanya terjual 500 botol.
Saat ini wanita kelahiran 1985 itu berencana untuk melakukan ekspansi ke pasar global.
"Bee keeper" menunjukkan sarang lebah Apis Mallifera di peternakan lebah madu Suhita.
Lebah Apis Cerana di peternakan lebah madu Suhita.
"Ya kami sedang difasilitasi pemerintah untuk dapat sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) sebagai salah satu syarat untuk bisa ekspor", ujar Isnina.
Program digitalisasi IKM ini, sejalan dengan langkah pemerintah yang ingin mendorong pelaku IKM bergabung ke ekosistem digital untuk membantu kelangsungan bisnis mereka melalui program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).
Pemerintah menargetkan ada 30 juta UMKM atau sekitar 50 persen dari populasi, yang bergabung ke ekosistem digital pada 2024 nanti.
Foto kolase pengambilan madu lebah Tetrigona Apicalis (kiri) dan proses memasukan madu ke dalam botol (kanan).
Pegawai membawa madu di rumah kemas madu.
Alat pengukur kadar air pada madu atau refraktometer terpasang di rumah kemas madu.
Sejumlah madu yang dikemas dalam botol siap dipasarkan.
Pemilik Madu Suhita Isnina berpose di peternakan lebah madu Suhita.
Foto dan teks : Rivan Awal Lingga
Editor: Widodo S Jusuf