Alkisah pada zaman dahulu kala, ada seorang putri cantik jelita di Kerajaan Kediri bernama Dewi Kilisuci. Kecantikan sang putri membuatnya diperebutkan oleh dua raja dari kalangan bukan manusia, Lembu Sura dan Mahesa Sura.
Dewi Kilisuci yang tidak berkenan menerima lamaran dua raja tersebut membuat tipu daya agar pinangan kedua raja itu tidak terlaksana. Tipu daya dikemas dalam bentuk sayembara, yaitu membuat sumur berbau amis dan sumur berbau wangi dalam waktu semalam.
Mahesa Sura dan Lembu Sura secara tidak diduga mampu memenuhi sayembara Dewi Kilisuci. Untuk menyiasati, sang dewi sekali lagi mengajukan permintaan, yaitu agar kedua raja itu membuktikan bahwa sumur memang benar berbau amis dan wangi.
Sesaji warga diletakkan di kawasan Lereng Gunung Kelud, Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Salah satu sesepuh mengikuti prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Setelah keduanya masuk ke sumur untuk membuktikan, Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit kerajaan menimbun mereka dengan batu. Mahesa Sura dan Lembu Sura mati tertimbun batu yang menggunung. Dari tumpukan batu itulah lahir Gunung Kelud.
Namun, sebelum mati, Lembu Sura sempat mengucapkan kutukan, “Yoh wong Kadiri, mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping, yo iku Kadiri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung (ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan, dan Tulungagung menjadi danau).”
Berabad-abad sejak legenda Dewi Kilisuci dituturkan, masyarakat setempat secara turun-temurun melaksanakan tradisi larung sesaji di lereng Gunung Kelud, tepatnya di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Ritual dilaksanakan setiap bulan Muharram atau bulan Sura dalam penanggalan Jawa.
Sejumlah gadis dan sesepuh mengikuti prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Warga menyaksikkan prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Pada 11 Sura atau 24 Oktober 2015, tradisi larung sesaji kembali diselenggarakan masyarakat setempat. Mereka berduyun-duyun membawa beragam makanan, hasil tani, dan kebun untuk disertakan dalam prosesi. Tua muda bersama-sama dengan penuh semangat mengikuti prosesi. Tak tersirat ketakutan dari warga kendati Gunung Kelud (1.731 mdpl) telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan warga saat meletus pada 2014 lalu.
Beragam hasil bumi dipersembahkan warga untuk bumi pertiwi sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas berkah, keselamatan, dan perolehan hasil tani. Prosesi tersebut juga sekaligus doa agar hidup mereka lebih baik di tahun-tahun mendatang.
Bagi sebagian yang mempercayai, tradisi larung sesaji juga merupakan salah satu bentuk tolak bala untuk mencegah 'sapatha' Lembu Sura terjadi menimpa masyarakat Kediri dan sekitarnya. Namun, sejatinya esensi dari ritual tersebut ialah upaya manusia menjaga keseimbangan dengan alam ciptaan Sang Kuasa dalam adat istiadat setempat.
Peserta kirab bersiap mengikuti prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Warga mengusung gunungan hasil bumi saat prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Larung Sesaji Gunung Kelud merupakan kekhusyukan doa, kerendahan hati, dan keluhuran adat istiadat yang berpadu selaras dengan kebesaran alam dalam sebuah kemasan pergelaran budaya.
Larung sesaji Gunung Kelud merupakan potensi yang masih bersemayam jauh dari riuh pariwisata Indonesia, bak Dewi Kilisuci yang menunggu pinangan pangeran nan gagah berani.
Sesaji warga diletakkan di kawasan Lereng Gunung Kelud, Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Seorang gadis diarak saat prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Sejumlah sesepuh masyarakat setempat menggelar ritual saat prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Kawasan Gunung Kelud terlihat dari Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Seorang anak lelaki memanjatkan doa saat mengikuti prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Seorang gadis diarak saat prosesi Larung Sesaji Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Foto dan Teks: Ismar Patrizki