Lengking suling lokomotif menyibak pagi di Sawahlunto. Orang-orang di "Kota Arang", kota yang berjarak 95 kilometer dari Kota Padang, Sumatera Barat itu segera tahu, "Mak Itam" bangun dari tidur.
Di sebelah stasiun, "Mak Itam", julukan Lokomotif Uap seri E 1060 itu, ia biasa "tertidur" panjang ditutup jeruji besi. Namun pada saat itu, sulingnya menjerit. Membelalakkan mata orang-orang sekaligus mengembalikan nuansa nostalgia zaman kolonial Belanda.
Mak Itam merupakan generasi lokomotif uap buatan Jerman di masa akhir kejayaannya, yakni tahun 1965-1966. Semasa masih beroperasional mengangkut batubara terbaik dari Sawahlunto, lokomotif itu  memiliki kemampuan menaiki jalur rel menanjak yang ditopang dengan gerigi khusus.
Pada tahun 1992, Mak Itam mulai tidak beroperasi seiring tutupnya perusahaan Batubara Ombilin. Mak Itam pun dibawa ke Ambarawa pada tahun 1996. Namun, saat Pemkot Sawahlunto sedang giat-giatnya mempromosikan Pariwisata mewujudkan Kota Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, pada tahun 2008 Mak Itam kembali
Loko Uap itu mulai dioperasikan kembali untuk umum pada tanggal 1 Maret 2009, dengan membawa gerbong kereta yang terbuat dari kayu buatan Belanda tahun 1921. Mak Itam melayani wisatawan dengan rute Stasiun Kereta Api Sawahlunto di Kampung Teleng (Pusat Kota) menuju Stasiun Kereta Api di Muarokalaban
Kendati demikian, usia tidak bisa berdusta. Mak Itam yang tidak muda lagi, hanya bisa tertidur panjang di kandangnya yang sekaligus sebagai Museum Kereta Api. Tahun 2015, Mak Itam rusak. Suku cadangnya pun sulit dicari dan harganya yang mahal. Hingga akhirnya PT KAI mengakali mengganti suku cadang dengan membuat sendiri di bengkel bubut. Namun upaya tersebut tidak juga bisa membuat Mak Itam mampu berjalan jauh
PT KAI harus mendatangkan Tim Ahli Perbaikan Lokomotif Uap dari Museum Kereta Api Ambarawa untuk dapat menangani kerusakan pada lokomotif bersejarah tersebut. Melalui koordinasi dan komunikasi yang baik, KAI berhasil menyesaikan perbaikan ini lebih awal dari target semula di Januari 2023 dalam rangka pengoperasian kembali Mak Itam pada 20 Desember 2022.
Pengoperasian kembali Mak Itam tersebut terlaksana setelah adanya
kolaborasi antar BUMN yaitu KAI, Biofarma, Pupuk Indonesia, dan Semen Indonesia. Di samping itu ada pula Injourney yang berperan sebagai Ketua Project Management Office BUMN untuk Pariwisata Sumatera Barat.
Pengoperasian KA Wisata ini sebagai upaya meningkatkan pariwisata di Sumatera Barat khususnya di Sawahlunto. Masyarakat kini dapat kembali berwisata dengan kereta api di kawasan yang ditetapkan sebagai Warisan Dunia Baru UNESCO yaitu Situs Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto.
Pengoperasian Mak Itam setiap kali jalan dengan rute Stasiun Sawahlunto - Stasiun Muaro Kalaban membutuhkan setengah ton batubara dan tiga kubik air. Biaya operasional sedikitnya Rp2 juta. Dengan kondisi yang sudah tidak muda lagi, Mak Itam tentu tidak bisa berjalan setiap hari. PT KAI akan menjalankan Mak Itam pada akhir pekan atau kunjungan-kunjungan kehormatan.
Keberadaan Mak Itam untuk harian kini digantikan lokomotif diesel dengan nomor seri BB 3037804 untuk menarik gerbong. Sementara Mak Itam tetap pada jalurnya, dimanjakan dan terus menua.
Foto dan Teks : Iggoy el Fitra
Editor : Puspa Perwitasari