Sang Penjaga langit Jakarta

Bayu Pratama S

Elang bondol (Haliastur indus) dengan bulu putihnya yang anggunĀ ditetapkan sebagai maskot Jakarta sesuai keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 1796 Tahun 1989.

Dalam surat keputusan itu, elang bondol dijadikan maskot Kota Jakarta karena memiliki penampilan yang menarik dan mempunyai kemampuan terbang yang sangat prima. Selain itu, burung ini memiliki ketajaman mata dalam mencari mangsa. Perilaku ini dapat dijadikan simbol untuk warga Jakarta yang selalu dinamis, tangkas dan cepat bertindak.

Menyadari pentingnya keberadaan elang bondol baik untuk lingkungan maupun sebagai maskot, pemerintah bersama Jakarta Animal Aid Network (JAAN) telah melakukan upaya penyelamatan seperti membuat tempat rehabilitasi khusus elang bondol yang berada di Pulau Kotok Besar Bagian Timur, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Patung maskot DKI Jakarta elang bondol (Haliastur indus) di salah satu sudut kota Jakarta.

Foto udara suasana permukiman di Jakarta.

Penyelamatan burung elang bondol di Pulau Kotok itu melalui konservasi inĀ­situ sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-11/2012 tentang Lembaga Konservasi, Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS} adalah tempat untuk melakukan proses rehabilitasi, adaptasi satwa dan pelepasliaran ke habitat alaminya

Pulau seluas 21 hektare yang berada di Kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu itu menjadi rumah bagi program rehabilitasi yang dirancang khusus untuk memulihkan dan melepaskan kembali burung eksotis itu ke alam bebas.

Selama di pusat rehabilitasi, para penjaga dengan displin melakukan monitoring ketat seperti pengawasan dan pengaturan pola makan. Mereka juga merawat dan melatih elang bondol dengan sabar agar cepat beradaptasi di alam liar.

Foto udara lokasi pusat rehabilitasi elang bondol (Haliastur indus) di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu, Pulau Kotok.

Seorang petugas Jakarta Animal Aid Network (JAAN) melakukan pengamatan elang bondol (Haliastur indus) di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu, Pulau Kotok.

Upaya rehabilitasi yang dilakukan sejak 2004 itu telah berhasil menyelamatkan elang bondol dari kepunahan. Data terakhir JAAN pada 2023 sebanyak 101 ekor elang bondol dan elang laut selesai direhabilitasi dan telah dilepas liarkan. Sebuah pencapaian luar biasa karena pada 2014 lalu populasi elang bondol di Kabupaten Kepulauan Seribu tersisa tidak kurang dari 18 ekor.

Seekor elang bondol (Haliastur indus) bertenger di dekat sarangnya di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Dua petugas Jakarta Animal Aid Network (JAAN) bersiap membersihkan kandang elang bondol (Haliastur indus) yang direhabilitasi di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Petugas Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Mirzan memeriksa sayap elang bondol (Haliastur indus) yang direhabilitasi di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Petugas Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Mirzan dan Beni Prianto memeriksa badan elang bondol (Haliastur indus) yang direhabilitasi di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Sebuah kandang yang digunakan sebagai tempat terakhir sebelum elang bondol (Haliastur indus) yang di rehabilitasi dilepasliarkan di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Seekor elang bondol (Haliastur indus) berada di sarangnya di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Dua butir telur elang bondol (Haliastur indus) di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Seekor elang bondol (Haliastur indus) terbang di kawasan Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Foto dan teks: Bayu Pratama S

Editor : Prasetyo Utomo

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi