Derap sepatu kuda terdengar dari lintasan berpasir dengan disambut riuh sorakan ribuan penonton. Sebagian duduk berdesakan di atas tribun dan lainnya menggelar tikar di sepanjang sisi luar lintasan demi menyaksikan setiap race pacuan kuda.
Mereka tidak lagi menghiraukan terik matahari yang menyilaukan Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka di Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh tengah, Aceh hari itu.
Pacuan kuda atau “pacu kude” dalam bahasa setempat sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Digelar pertama kali pada tahun 1850 dan memasuki tahun 1930-an dijadikan agenda tahunan yang dilaksanakan setiap masa panen.
Petugas menggiring kuda pacu ke gate star sebelum perlombaan pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh,
Sejumlah petugas beristirahat di sela perlombaan pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh
Setelah Indonesia merdeka, tradisi “pacu kude” digelar dua kali dalam setahun. Pertama untuk memperingati HUT kemerdekaan RI di bulan Agustus dan kedua untuk memeriahkan HUT Ibu Kota Aceh Tengah, Takengon pada bulan Februari.
Sejarah panjang tradisi pacuan kuda di dataran tinggi Gayo tersebut menjadi salah satu alasan lokasi itu dipilih menjadi venue penyelenggaraan cabang olahraga pacuan kuda pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.
Arena pacuan kuda yang juga dikenal dengan nama Arena HM Hasan Gayo itu mencakup lahan seluas 27 hektare dengan panjang lintasan 1.400 meter.
Foto udara arena Pacuan Kuda Belang Bebangka yang menjadi venue pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Warga menonton pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh
Pada PON 2024, sejumlah joki dari 11 kontingen berpacu untuk memperebutkan medali emas pada 10 kelas yang dipertandingkan dan kontingen DKI Jakarta keluar sebagai juara umum dengan meraih empat medali emas.
Selain perlombaan PON, Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) juga menggelar pacuan kuda tradisional Gebyar PON XXI Aceh-Sumut untuk memberikan kesempatan kepada joki lokal memperlihatkan aksinya di hadapan dewan steward nasional..
Seusai perhelatan PON 2024, diharapkan venue pacuan kuda tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sarana pembinaan joki-joki untuk Indonesia serta dapat mendorong peningkatan potensi budaya masyarakat setempat yang kental dengan “pacu kude”.
Sejumlah joki bersiap dengan kudanya di gate start sebelum perlombaan pacuan kuda kelas C-1.600 M PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Sejumlah joki beradu cepat dalam perlombaan pacuan kuda kelas A-2.200 M PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Seorang warga menggendong anaknya saat menonton pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Sejumlah joki memacu kudanya dalam final kelas A-2.200 M PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Warga menonton pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Joki pacuan kuda DKI Jakarta Ahmad Saefudin memacu kudanya dalam perlombaan pacuan kuda kelas E-1.200 M PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Kemeriahan warga menonton pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh
Warga menonton pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Joki kuda DKI Jakarta Ahmad Saefudin (kiri) dan Ezra Tamunu (kanan) memperlihatkan medali emas pacuan kuda PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
Foto dan Teks: Arnas Padda