MANAMMI, TRADISI KEBERSAMAAN MASYARAKAT MIANGAS

Adwit B Pramono

Seorang lelaki paruh baya berdiri dengan kepala tertunduk mengenakan pakaian adat masyarakat Talaud berwarna kuning, sesekali mulutnya tampak membisikkan lantunan doa dalam bahasa Talaud Kuno.

Ia adalah seorang Ratumbanua (mangkubumi), pemimpin dari 12 suku (marga) yang menetap di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Matahari belum memancarkan sinarnya. Phit Hein Essing sang Ratumbanua, mengajak sebelas pentua (kepala) adat lainnya untuk berdoa sebelum beranjak ke lokasi tradisi Manammi. Manammi adalah tradisi menangkap ikan menggunakan Sami, janur yang diikatkan pada seutas tali sepanjang tidak kurang dari 500 meter, yang dibentangkan melingkar di tepi pantai.

Eha, batang kayu dengan ikatan janur yang telah kering menjadi penanda lokasi tradisi Manammi di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Pria paruh baya memperhatikan para penarik Sami dari pantai Wolo, Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Setibanya di pesisir pantai Wolo, para pentua adat berdiri melingkari Eha. Batang kayu yang diatasnya diikatkan janur sebagai penanda lokasi Manammi yang telah ditancapkan sejak Januari 2016 lalu. Tidak seorang pun diperbolehkan untuk melakukan aktivitas apapun di lokasi dimana Eha tersebut ditancapkan, tanpa seizin Ratumbanua. Para pelanggar akan dikenakan sanksi adat Toki Tambur.

Beberapa saat kemudian, ratusan masyarakat, tua dan muda mulai berkumpul di pantai, berdoa, lalu mulai menurunkan Sami ke laut. Sami diturunkan dari dua lokasi yang berada di sisi timur dan utara pulau Miangas. Jaraknya membentang sekitar 1 kilometer.

Selang satu jam kemudian, kedua Sami telah bertemu di tengah lautan. Kebersamaan dan kerjasama antar warga tampak sangat jelas. Kabarnya, dahulu kala setiap warga Miangas mencari ikan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hariannya, dan hanya mendapat hasil seadanya saja. Hingga suatu ketika masyarakat Miangas mulai bersatu dan bekerjasama menangkap ikan agar mendapat hasil yang lebih banyak.

Puluhan pria menarik Sami ke tengah laut di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Seorang anak bersiap menangkap ikan pada tradisi Manammi di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Setelah dua jam berlalu, air laut perlahan surut. Beragam jenis ikan laut bergerak cepat di permukaan air yang dangkal semata kaki. Tidak sedikit pula ikan yang sudah tidak bisa bergerak dan tersangkut di karang. Salah satu Pentua Adat memberi aba-aba, seketika ratusan warga dan wisatawan yang telah menanti dengan sabar mulai berebut ikan. Suara teriakan dan tawa riuhkan suasana.

Manammi bukan hanya sebuah cara menangkap ikan secara tradisional, namun menjadi simbol persatuan dan gotong royong. Lebih dalam lagi dia memiliki arti sebagai hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Bila manusia senantiasa menjaga alam secara timbal balik alam pun akan memberikan bagiannya kepada manusia.

Beragam jenis ikan laut terperangkap Sami di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Aba-aba diberikan untuk mengisyaratkan para penarik Sami di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Sami atau janur yang terikat pada tali sepanjang 500 meter ditarik di pesisir pantai Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Ratusan warga bergotong royong menarik Sami di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Dua orang warga memperlihatkan hasil tangkapannya di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Seorang pria menggunakan jala untuk menangkap ikan pada tradisi Manammi di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Kondisi cuaca yang tidak menentu tidak menjadi hambatan bagi para penarik Sami di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Foto dan Teks: Adwit B Pramono

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi