KETIKA KHAGATI KOLOPE TERBESAR MENGUDARA

Wahyu Putro A

Kuambil buluh sebatang

Kupotong sama panjang

Kuraut dan kutimbang dengan benang

Peserta bersiap menerbangkan layang-layang berbahan daun Kolope ketika pemecahan rekor dunia Guinness World Records.

Masyarakat dan Abang None Jakarta mencoba menerbangkan layang-layang berbahan daun Kolope ketika pemecahan rekor dunia yang diprakarsai oleh Masyarakat Layang-Layang Indonesia pada The 6th TAFISA World Sport for All Games 2016 di Jakarta Garden City, Jakarta.

Kujadikan layang-layang

Lirik lagu berjudul Layang-layang ciptaan Madong lubis itu tidak asing di telinga, bahkan sebagian besar masyarakat kita juga pernah bermain layang-layang dalam keseharian mereka.

Begitu juga dengan La Masila bersaudara. La Masila, La Masili, La Negara dan Laode Pamasu asal Muna, Sulawesi Tenggara itu memanfaatkan kekayaan alam Indonesia, yakni daun kolope (gadung) yang dirangkai menjadi sebuah layang-layang yang dapat mengudara untuk menghiasi langit.

Peserta menerbangkan layang-layang berbahan daun Kolope ketika pemecahan rekor dunia yang diprakarsai oleh Masyarakat Layang-Layang Indonesia pada The 6th TAFISA World Sport for All Games 2016 di Jakarta Garden City, Jakarta.

La Masila menerbangkan layang-layang berbahan daun Kolope ketika pemecahan rekor dunia yang diprakarsai oleh Masyarakat Layang-Layang Indonesia pada The 6th TAFISA World Sport for All Games 2016 di Jakarta Garden City, Jakarta.

Menurut sejarah, layang-layang dari daun kolope atau kaghati kolope dari Muna telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, fakta itu diperkuat dengan hasil penelitian Wolfgong Bick, salah seorang Counsultant of Kite Aerial Photography Scientific Use of Kite Aerial Photography, yang menemukan lukisan di Gua Sugi Patani yang diperkirakan berusia 4000 tahun sehingga dapat mematahkan klaim bahwa layangan pertama berasal dari China pada 2.400 tahun lalu.

La Masila bersaudara yang merupakan generasi ketiga pecinta layang-layang daun yang mengumpulkan 1300 daun kolope dengan dirajut. Ujung daun dipotong, satu persatu dijahit dengan lidi dan bambu sebagai kerangka, sedangkan tali dibuat dari serat nanas hutan.

Layang-layang berukuran 500 cm x 430 cm itu dibuat selama dua minggu untuk diterbangkan pada festival layang-layang yang menjadi bagian dari Festival TAFISA Games 2016 di Jakarta.

Petugas Guinness World Records mengukur layang-layang daun terbesar sebelum diterbangkan.

La Masila menerbangkan layang-layang berbahan daun Kolope ketika pemecahan rekor dunia yang diprakarsai oleh Masyarakat Layang-Layang Indonesia pada The 6th TAFISA World Sport for All Games 2016 di Jakarta Garden City, Jakarta.

Yang lebih membanggakan, Karya La Masila bersaudara itu diganjar menjadi layang-layang daun terbesar dunia versi ‘Guinness World Records’ yang disaksikan perwakilan dari pengesah, Swapnil Dangarikal. Mereka berhasil menerbangkan layang-layang di udara lebih dari 20 menit agar dapat tercatat dalam rekor dunia itu.

Layang-layang daun merupakan salah satu kearifan lokal yang harus terus dijaga agar dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Layang-layang berbahan daun Kolope berhasil diterbangkan dalam pemecahan rekor dunia versi Guinness World Records, Jakarta.

La Masili mendokumentasikan layang-layang berbahan daun Kolope yang berhasil diterbangkan ketika pemecahan rekor dunia versi World of Records.

Peserta memperlihatkan piagam Guinness World Records dengan latar belakang layang-layang berbahan daun Kolope.

La Masila bersaudara meluapkan kegembiraan setelah berhasil menerbangkan layang-layang berbahan daun Kolope dalam pemecahan rekor dunia layang-layang berbahan daun terbesar versi Guinness World Records setelah diterbangkan selama 20 menit.

Wisatawan asing memberikan ucapan selamat kepada La Masila dan peserta lain usai berhasil menerbangkan layang-layang berbahan daun Kolope pada The 6th TAFISA World Sport for All Games 2016 di Jakarta Garden City, Jakarta.

Lamasili, Lasima, Lanegara dan Laode Pamusu memegang piagam usai menerbangkan layang-layang daun terbesar versi Guinness World Records.

Foto dan Teks: Wahyu Putro A

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi