Penambangan batu kumbung atau biasa disebut bata putih, di Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur telah berlangsung turun temurun sejak zaman penjajahan Belanda. Jenis tanah endapan keras atau dikenal dengan istilah batuan sedimen dari endapan kapur atau batuan dolomite sekilas mirip bebatuan, namun tidak sekeras batu pada umumnya, kurang lebih sama seperti bata merah yang terbuat dari tanah liat. <br />
Dari waktu ke waktu, penggalian bata untuk bahan bangunan itu, berbentuk dinding bangunan peninggalan masa silam atau menyerupai sebuah ngarai dan goa-goa dengan kedalaman hingga 50 meter dari permukaan tanah. Bagi sebagian orang, bekas galian tersebut merupakan suatu pemandangan yang indah, namun dibalik keindahan tersebut justru bahaya longsor selalu mengintai pekerja dan pemukiman sekitarnya.<br />
Namun begitu bahaya tersebut terkadang dilupakan para pekerja meskipun korban tertimbun galian kerap terjadi. Mereka hanya berpikir untuk memperoleh bongkahan batu bata putih berukuran 70x20 cm sebanyak-banyaknya, demi imbalan Rp1.000 per batang.<br />
Para penambang juga terancam jatuh dari dinding tambang, sebab untuk mencapai lokasi ketinggian dengan kemiringan lebih dari 90 derajat ini, mereka harus melalui tangga bambu sepanjang 20 meter dan seutas tali. <br />
Meski berbahaya, penambangan itu tetap berlangsung karena ada sekitar 621 orang menggantungkan hidupnya pada lahan seluas 85 hektare yang yang tersebar di sembilan kecamatan di kabupaten itu. Ibaratnya, mereka mempertaruhkan hidup demi hidup.<br />
<br />
PAMEKASAN.
Teks dan foto oleh : Saiful Bahri