Bajo atau Bajau merupakan salah satu suku pelaut yang kini banyak mendiami wilayah Sulawesi. Sebagai suku pelaut, orang-orang Bajo masih kalah terkenal dibanding suku-suku lainnya di Sulawesi. Namun ada suatu kearifan lokal dari masyarakat Bajo yang perlu dicermati.<br />
Bagi masyarakat Bajo, laut adalah sumber kehidupan, mereka menggantungkan hidup dari hasil laut. Ketergantungan mereka terhadap laut pun tercermin dalam pembagian hierarki kelompok sosial masyarakatnya. Mereka mengenal empat kelompok masyarakat yang dibagi menurut kebiasaannya mencari ikan di laut, yakni kelompok Lilibu (yang melaut satu hingga dua hari), Papongka (melaut satu hingga dua minggu), Sakai (melaut satu hingga dua bulan), dan Lame (yang melaut hingga berbulan-bulan).<br />
Julukan lain bagi mereka adalah ‘The Sea Gypsies’, karena pola hidupnya yang nomaden. Mereka memilih tinggal di laut dengan karang atol yang bagus dan punya sumber daya ikan yang melimpah.<br />
Namun kini di beberapa tempat, orang Bajo banyak yang mulai menetap, baik dengan inisiatif sendiri atau ‘dipaksa’ pemerintah. Merekapun membangun pemukiman-pemukiman baru, namun tidak pernah jauh dari laut. <br />
Kampung Mola merupakan salah satu perkampungan Suku Bajo di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang kini mulai berubah ditengah gemuruh perkembangan zaman. Sebagian warga tidak lagi hidup di atas laut lepas, mereka sudah tinggal di dalam rumah berdinding batu bata dan beratap seng . Sepeda motor juga menjadi alat transportasi mereka selain koli-koli atau sampan kayu kecil yang dimiliki sejak dulu.<br />
<br />
Foto dan Teks : Prasetyo Utomo