Bersandarnya perahu pengangkut garam dari Pulau Gili, Madura di Pelabuhan Panarukan, Situbondo, Jawa Timur berarti berkah untuk para pemanggul garam. Tujuh orang pengangkut garam bergegas berjalan menembus perairan dangkal karena kapal tidak bisa bersandar ke pinggir pelabuhan.<br />
<br />
Seperti biasa, ketujuh orang itu berbagi tugas antara lain memasukkan garam ke dalam karung, menjahit karung, dan memanggul ratusan karung ke daratan. Tidak lupa seteko kopi menemani kerja mereka. Usai dikemas dalam karung, laki-laki pengangkut garam harus menembus air laut setinggi dada mereka dengan beban antara 70 kilogram - 90 kilogram di pundak.<br />
<br />
Kedatangan kapal pengangkut garam sama dengan uang untuk mereka. Kapal pengangkut garam hanya datang seminggu dua kali. Setiap kapal membawa 21 ton garam, garam itu diturunkan dari kapal oleh tujuh orang dengan upah masing-masing orang Rp 45.000. <br />
<br />
Garam yang telah dibongkar di perahu dipanggul ke daratan untuk dikumpulkan di dekat pelabuhan. Selanjutnya garam dibawa ke sejumlah pabrik untuk dikemas ulang dan didistribusikan untuk wilayah timur Jawa Timur. Dan meskipun berat, keras dan asin, kerja mengangkut garam terasa manis untuk para pemanggul garam seperti manisnya seteko kopi yang menemani mereka saat bongkar garam.<br />
<br />
<br />
Foto dan Tulisan : Seno S.