KISAH PENAMBANG KOTA

Muhammad Adimaja

Tumpukan barang rongsok terlihat di dalam sebuah truk besar pada sebuah tempat penampungan, bahan limbah elektronik itu merupakan barang rongsokan elektronik bekas yang biasa dijumpai di rumah, perkantoran atau paling tidak di tempat servis elektronik.

Barang-barang itu merupakan peralatan elektronik yang telah menjadi limbah, ironisnya jenis limbah ini mengalami pertumbuhan sangat cepat. Bahkan United Nations Environment Programme (UNEP) PBB mencatat sampah elektronik di dunia bertambah 40 juta ton per tahun. Hal itu disebabkan karena barang elektronik memiliki umur operasional dan juga sikap konsumtif manusia yang selalu ingin produk-produk baru.

Namun dari limbah yang berbahaya bagi lingkungan itu, ternyata ada material berharga disamping metal dan plastik, antara lain perak, paladium, platina, rutenium, bahkan emas. Material berharga inilah yang mendorong munculnya "penambang kota", alias pencari sampah elektronik (e-waste) yang mencari emas dan material berharga lainnya dengan mengolah limbah itu.

Suasana Ibukota dengan latar belakang gedung perkantoran.

Seorang pemulung mengambil barang elektronik milik warga yang dibuang di tempat pembuangan sampah.

Penambang kota mencari limbah elektronik seperti televisi dan perangkat keras komputer, bagian komponen yang dicari terutama adalah bagian konektor dan kontak pada papan sirkuit karena mengandung emas yang berfungsi sebagai komponen penghantar listrik pada perangkat bertegangan rendah atau arus rendah. Data dari majalah Wired menunjukkan bahwa satu unit telepon selular rata-rata diperkirakan mengandung 0,2 gram emas, umumnya terdapat pada kartu SIM, papan logic dan komponen-komponen di balik layar LCD.

Seorang penambang kota di Jakarta menceritakan bahwa mereka mencari limbah di pembuangan sampah, datang ke pengepul barang rongsok atau ikut dalam lelang barang-barang elektronik yang dijual sebuah perusahaan. Setelah itu mereka memisahkan komponen yang ada kandungan emasnya.

Emas diambil dengan cara membakar komponen yang mengandung emas, dibakar untuk memisahkan dari komponen plastik, setelah itu diproses dengan menggunakan bahan kimia yaitu asam klorida, hidrogen peroksida dan merkuri. Setelah berhasil dilucuti bagian emasnya kemudian dilelehkan dengan bahan kimia berupa borak. Untuk mendapatkan 99,9 persen emas murni harus dilakukan proses pemurnian dengan menggunakan cairan air keras guna memisahkan elemen logam lain yang masih menempel pada emas tersebut.

Sebuah truk pengangkut barang limbah elektronik.

Pemilik lapak limbah elektronik memilah komponen untuk dijual kembali.

Setelah melalui proses kurang lebih 2-3 hari maka bisa didapat 99,9 persen emas murni dan dapat diolah kembali menjadi perhiasan dengan nilai jual yang tinggi.

Tumpukan panel Printed Circuit Board (PCB).

Warga menonton sepak bola di tempat penjualan barang elektronik bekas.

Pelebur mencuci emas yang didapat dari limbah elektronik.

Cairan merkuri yang dipanaskan guna memilah komponen antara emas dan perak.

Seorang pelebur emas yang kulitnya terdampak cairan kimia.

Pelebur menuangkan cairan merkuri guna memilah komponen antara emas dan perak.

Seorang pelebur limbah elektronik melakukan proses pengambilan emas dari komponen tersebut.

Butiran emas ditunjukkan.

Refleksi dari mata sebuah emas yang dilebur.

Pelebur emas menunjukkan bongkahan emas murni.

Leman (62), pemilik lapak barang limbah elektronik berpose di atas tumpukan barang limbah elektronik.

Foto dan Teks: Muhammad Adimaja

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi