Para peselancar di dunia mengenal Krui, Lampung barat dengan pantainya yang indah, gulungan ombaknya yang sangat panjang, bahkan mencapai 200 kilometer. Namun demikian, masyarakat Krui tidak bermata pencaharian dari pariwisata, melainkan mengunduh getah damar yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang mereka.<br />
Marhana (41) perempuan desa Pahmungan, Krui, adalah salah satu warga yang menggantungkan hidupnya dari mengunduh getah damar. Ia mampu memanjat pohon damar setinggi 40 meter. Berbekal keranjang rotan, bersenjatakan cadik kayu, ia harus berjalan dua hingga tiga kilometer ke dalam hutan, memanjat dan menapaki pohon damar untuk mengunduh getahnya. <br />
Getah damar dibawa kerumah untuk dipilah. Sebelum memilah, ia mengoleskan campuran bedak dingin di wajah, leher, dan tangan agar getah damar mudah dibersihkan dari tubuhnya. Marhana mengumpulkan damar kepada pengepul. Seluruh damar yang sudah dikumpulkan oleh petani, kemudian dipilah lagi kualitas-kualitas mana yang paling baik.<br />
Memilah Damar
Bentuk getah damar
Akhirnya getah-getah damar itu dikirim ke para pembeli dari Jakarta, Solo, Surabaya, Malaysia, hingga China. Getah-getah damar itu nantinya akan diolah menjadi produk seperti kaca, kosmetik, lem aibon, hingga permen karet.<br />
<br />
Memilah damar
Cadik, alat yang digunakan untuk mengunduh damar
Marhana (41) berprofesi sebagai pengunduh damar
Ibu-ibu di Krui memilah damar di gudang pengepul
Marhana (41) menaiki pohon damar yang tingginya bisa mencapai 40 meter
Teks dan Foto : Rosa Panggabean