KALA BBM TALAUD TIDAK LAGI KALUT

Keberadaan BBM di Kepulauan Talaud tak hadir dengan perjuangan mudah. BBM dipasok dari Terminal Bahan Bakar Minyak Bitung, Sulawesi Utara. Minyak itu dibawa melalui jalur laut dengan menggunakan kapal tanker untuk didistribusikan menuju sejumlah SPBU dengan jarak tempuh antara 12 hingga 48 jam tergantung cuaca. Saat cuaca bagus, pendistribusian pun berlangsung lancar. Namun jika cuaca tak mendukung pengiriman pasokan BBM itu pun tersendat. Kini masyarakat Talaud menikmati harga BBM yang sama dengan yang ada di daerah-daerah lain. Harapan untuk berkembang dan maju pun semakin nampak. Program BBM Satu Harga untuk memberikan keadilan energi bagi masyarakat Talaud diharapkan mampu membuat BBM Talaud tidak lagi kalut. Sigid Kurniawan

Suara sepeda motor terdengar mendekat saat sore yang cerah pada waktu itu. Dari kejauhan tampak seorang pengemudi becak motor (bentor) dengan sejumlah penumpang berwajah sumringah melewati jalan menurun di kawasan perkantoran Kabupaten Kepulauan Talaud.

Rupanya becak motor menjadi salah satu transportasi utama di daerah yang terletak di Sulawesi Utara yang berbatasan langsung dengan Filipina itu. Meski menjadi transportasi yang sering dipakai warga, keberlangsungan bentor tidak lepas dari hadirnya BBM di kepulauan itu.

Dahulu, saat Talaud masih terisolir, akses masyarakat untuk mendapatkan BBM pun sangatlah terbatas. Harga di tingkat pengecer berkisar antara Rp8.000 hingga Rp 10.000 per liter. namun jika terjadi gelombang tinggi di laut yang menyebabkan tersendatnya pasokan maka harga bisa melambung hingga Rp25.000. Saat itu roda pembangunan dan ekonomi masyarakat pun masih berjalan tersendat. Namun cerita berubah saat SPBU pertama hadir di Talaud tahun 2017 lalu. Program BBM Satu Harga Pertamina hadir membawa angin segar untuk perubahan. Rantai asa untuk memutar roda ekonomi kabupaten itu pun mulai tersambung dan bersahutan.

Kepulauan Talaud tampak dari jendela pesawat penerbangan komersial di Sulawesi Utara.

Pekerja melakukan bongkar muat BBM dari kapal MT Sinar Busan di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Bitung, Sulawesi Utara.

Foto aerial Monumen Tuhan Yesus Raja Memberkati dengan latar belakang Kepulauan Talaud di Sulawesi Utara.

ABK kapal MT Kencana 5 melihat peta Kepulauan Talaud saat pendistribusian BBM di Kepulauan Talaud.

ABK kapal MT Kencana 5 mengoperasikan kapalnya untuk pendistribusian BBM di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Pekerja melintas di kawasan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Bitung, Sulawesi Utara.

ABK kapal MT Kencana 5 mempersiapkan peralatan untuk bongkar BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur SPBU Kompak Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Selang untuk menyalurkan BBM ke lembaga penyalur SPBU Kompak Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Warga memakai jasa Taxi Laut untuk transportasi antar pulau di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Pekerja menarik selang untuk bongkar muat BBM di Beo, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

ABK kapal MT Kencana 5 bersiap menurunkan jangkar saat kapal bersandar di pelabuhan Beo, Kepulauan Talaud.

Sejumlah pengendara becak motor antre mengisi BBM di SPBU Kompak Melonguane, Kepulauan Talaud.

Pengendara becak motor mengisi BBM di SPBU Kompak Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Warga menggunakan jasa transportasi becak motor di Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Keberadaan BBM di Kepulauan Talaud tak hadir dengan perjuangan mudah. BBM dipasok dari Terminal Bahan Bakar Minyak Bitung, Sulawesi Utara. Minyak itu dibawa melalui jalur laut dengan menggunakan kapal tanker untuk didistribusikan menuju sejumlah SPBU dengan jarak tempuh antara 12 hingga 48 jam tergantung cuaca. Saat cuaca bagus, pendistribusian pun berlangsung lancar. Namun jika cuaca tak mendukung pengiriman pasokan BBM itu pun tersendat. Kini masyarakat Talaud menikmati harga BBM yang sama dengan yang ada di daerah-daerah lain. Harapan untuk berkembang dan maju pun semakin nampak. Program BBM Satu Harga untuk memberikan keadilan energi bagi masyarakat Talaud diharapkan mampu membuat BBM Talaud tidak lagi kalut. Foto dan teks: Sigid Kurniawan

Editor : Zarqoni Maksum

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi