KISAH DARI BALIK JERUJI BESI

Dziki Oktomauliyadi

Ketika mendengar kata penjara, sebagian orang mungkin langsung terlintas tentang sebuah tempat yang menakutkan karena berisi para narapidana yang dikurung dalam jeruji besi karena terlibat tindak pidana dan kejahatan.

Akan tetapi pandangan dan prasangka tentang penjara yang kelam tersebut perlahan menghilang jika kita mengunjungi lapas seperti Lapas Kelas II A Serang yang mengubah paradigma penjara sebagai batu loncatan agar warga binaan bisa menjadi insan yang lebih baik sehingga bisa berbaur dengan masyarakat sekeluarnya mereka dari penjara.

Pihak lapas memberikan sejumlah latihan dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya memberikan pelatihan bimbingan kerja, kegiatan keagamaan, olahraga, kesenian, bahkan ilmu bercocok tanam yang dipraktekkan di lingkungan lapas.

Penjara tak sekadar menjadi lokasi menjalani hukuman badan bagi para pelaku kejahatan, tetapi bisa menjadi tempat mereka mendapatkan hidayah menjadi pribadi yang lebih baik.

Setelah mendapatkan semua pelatihan dan aneka kegiatan, warga binaan diharapkan memiliki keterampilan untuk hidup mandiri. Ujian sebenarnya bagi warga binaan dimulai pada langkah pertama mereka melewati pintu keluar penjara menuju kebebasan, yakni apakah bekal keterampilan dan latihan yang didapatkan selama ini akan diterapkan dalam lembaran kehidupan mereka yang baru? Jawaban itu ada di dalam hati dan sanubari masing-masing warga binaan.

Foto dan teks : Dziki Oktomauliyadi

Editor : Andika Wahyu

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi