Mama bapa yang kusayangi<br />
pergi jauh dari Wesaput<br />
kapan-kapan kembali<br />
mamae mamae mamae<br />
bapae bapae bapae<br />
<br />
Reff:<br />
Siang malam hati merindu<br />
cucur cucur air mata berlinang<br />
kapan kapan kapan kembali <br />
<br />
Hentakan nada dan irama lagu Mama Bapa dilantunkan oleh ratusan siswa SD ketika menerima tamu yang berkunjung ke SD Inpres Wesaput yang terletak di lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya, Wamena Papua.<br />
<br />
Tak ada yang istimewa dari bangunan yang beralaskan semen beratapkan seng selain semangat belajar dan cita-cita ratusan siswa SD Inpres untuk mengejar harapan sebagai penerus generasi bangsa dari Indonesia Timur. Senyuman, keceriaan, bersekolah tanpa alas kaki, mengenakan kaos bola atau oblong saat sekolah, menjadi pemandangan yang khas dari siswa SD Inpres Wesaput.<br />
<br />
Sebuah pohon dengan ranting kering dihiasi dengan kertas bergambar pengganti daun sebagai pohon harapan dan cita-cita hasil dari belajar diruang kelas untuk mengingatkan karya-karya siswa SD Inpres Wesaput. Ketika bel istirahat berbunyi semua siswa dan siswi berlari dan bermain permainan tradisional kelereng di halaman sekolah<br />
<br />
Sekolah yang didirikan sejak 24 november 1984 ini digratiskan untuk warga di distrik Wesaput, siswa yang rata-rata berasal dari keluarga miskin dan dari pedalaman Lembah Baliem tetap mempunyai cita-cita dan harapan tinggi untuk masa depannya.<br />
<br />
Foto & teks : Agung Rajasa