DARI DESA SOLUSI CEGAH KARHUTLA

Kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla menjadi bencana menakutkan bagi Indonesia, dan khusus di Provinsi Riau jadi rutinitas yang terjadi selama puluhan tahun. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan penyebabnya 90 persen adalah ulah manusia yang membakar lahan untuk kebun pertanian baru. Solusi jangka panjang untuk masalah ini belum ada yang pasti, namun mungkin saja solusinya selama ini ada di depan mata kita. Dari sejumlah kampung atau desa rawan karhutla di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, masyarakat di sana sudah menunjukan solusi nyata untuk memanfaatkan lahan tanpa membakar. Mereka memanfaatkan lahan yang ada dengan intensifikasi pertanian, dan memunculkan simbiosis mutualisme antarwarga dan juga dengan lingkungannya. Warga Kampung Perawang Barat di Kabupaten Siak kini memilih untuk menanam buah-buahan ketimbang memperluas kebun kelapa sawit. Mereka kini punya andalan baru yaitu buah jambu sebagai primadona pertanian. Dari hasil jambu putih dan jambu merah, warga Kampung Perawang bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp7 juta per bulan dari kebun satu hektare. Jumlah itu dua kali lipat dari hasil panen sawit, yang hanya Rp3 juta sampai Rp4 juta dari lahan empat hektare. Melalui Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang diluncurkan APP Sinar Mas, para petani tidak hanya mendapatkan bantuan dana bergulir melainkan juga pendampingan, pemasaran dan pembeli utama. Program DMPA APP Sinar Mas secara nasional sudah menjangkau 335 desa yang berpotensi menguntungkan bagi 21.978 kepala keluarga (KK). Khusus di Riau, program ini menjangkau 150 desa yang meliputi 9.625 KK. Hasil panen jambu merah dari Kampung Perawang Barat tidak hanya dijual eceran, melainkan juga dibuat menjadi dodol jambu oleh kelompok ibu-ibu di Kampung Meredan yang juga berlokasi di Siak. Produksi pertanian mengalami diversifikasi yang membuka peluang bisnis baru bagi ibu-ibu di sana. APP Sinar Mas lewat program DMPA juga menyentuh potensi lokal dan memberdayakan kelompok perempuan. Total ada 86 kelompok wanita tani yang memiliki 683 anggota yang dirangkul lewat program tersebut. Seperti di Kampung Meredan yang sejak lama warganya membudidayakan jahe merah. Dulu hasil panen jahe merah yang ditanam di halaman rumah warga sampai terbuang karena tidak laku dijual, namun kini ibu-ibu di sana sudah mahir mengolahnya jadi bubuk yang bisa bertahan sampai tiga bulan tanpa bahan pengawet kimia. Selain itu, ampas pembuatan minuman jahe merah bubuk juga bisa dijadikan permeh ting-ting jahe yang bisa dijual lagi. Produksi minuman jahe Kelompok Mekar Tani di Kampung Meredan kini meningkat dari 30 kilogram jadi 120 kilogram per bulan karena meningkatkan permintaan setelah beredar informasi bahwa kandungan jahe merah bisa meningkatkan imunitas tubuh terkait penyebaran virus Corona atau COVID-19. Program DMPA juga mendukung kelompok perempuan Dasawisma Srikandi di Kampung Perawang Barat untuk membuat taman berisi tanaman obat yang berdiri di lahan bekas pembuangan sampah. Taman Dasawisma Srikandi terdapat 65 jenis tanaman obat dan rempah yang ditata indah menjadi hamparan penuh manfaat di tengah gersangnya kawasan pemukiman yang berada di kota industri Perawang. FB Anggoro

Lahan kebun jambu yang dikelilingi kebun kelapa sawit terlihat dari atas di Kampung Perawang Barat Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Seorang petani (kanan) menemani pembeli yang ingin memetik sendiri jambu dari pohon di Kampung Perawang Barat Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Jambu hasil panen di Kampung Perawang Barat Kabupaten Siak, Riau.

Sejumlah warga menjual hasil panen buah di Kampung Perawang Barat Kabupaten Siak, Riau.

Sejumlah ibu merawat taman tanaman obat keluarga Dasawisma Srikandi di Kampung Perawang Barat Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Sejumlah ibu dari kelompok tani wanita Mekar Tani mengemas minuman jahe merah bubuk di Kampung Meredan Kabupaten Siak, Riau.

Sejumlah ibu dari kelompok UMKM Atika Tiga Bersaudara membuat dodol jambu merah dari hasil panen lokal di Kampung Meredan Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Sejumlah ibu dari kelompok UMKM Atika Tiga Bersaudara membuat dodol jambu merah dari hasil panen lokal di Kampung Meredan Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Berbagai produk olahan jahe merah buatan kelompok tani wanita Mekar Tani di Kampung Meredan Kabupaten Siak, Riau.

Kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla menjadi bencana menakutkan bagi Indonesia, dan khusus di Provinsi Riau jadi rutinitas yang terjadi selama puluhan tahun. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan penyebabnya 90 persen adalah ulah manusia yang membakar lahan untuk kebun pertanian baru. Solusi jangka panjang untuk masalah ini belum ada yang pasti, namun mungkin saja solusinya selama ini ada di depan mata kita. Dari sejumlah kampung atau desa rawan karhutla di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, masyarakat di sana sudah menunjukan solusi nyata untuk memanfaatkan lahan tanpa membakar. Mereka memanfaatkan lahan yang ada dengan intensifikasi pertanian, dan memunculkan simbiosis mutualisme antarwarga dan juga dengan lingkungannya. Warga Kampung Perawang Barat di Kabupaten Siak kini memilih untuk menanam buah-buahan ketimbang memperluas kebun kelapa sawit. Mereka kini punya andalan baru yaitu buah jambu sebagai primadona pertanian. Dari hasil jambu putih dan jambu merah, warga Kampung Perawang bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp7 juta per bulan dari kebun satu hektare. Jumlah itu dua kali lipat dari hasil panen sawit, yang hanya Rp3 juta sampai Rp4 juta dari lahan empat hektare. Melalui Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang diluncurkan APP Sinar Mas, para petani tidak hanya mendapatkan bantuan dana bergulir melainkan juga pendampingan, pemasaran dan pembeli utama. Program DMPA APP Sinar Mas secara nasional sudah menjangkau 335 desa yang berpotensi menguntungkan bagi 21.978 kepala keluarga (KK). Khusus di Riau, program ini menjangkau 150 desa yang meliputi 9.625 KK. Hasil panen jambu merah dari Kampung Perawang Barat tidak hanya dijual eceran, melainkan juga dibuat menjadi dodol jambu oleh kelompok ibu-ibu di Kampung Meredan yang juga berlokasi di Siak. Produksi pertanian mengalami diversifikasi yang membuka peluang bisnis baru bagi ibu-ibu di sana. APP Sinar Mas lewat program DMPA juga menyentuh potensi lokal dan memberdayakan kelompok perempuan. Total ada 86 kelompok wanita tani yang memiliki 683 anggota yang dirangkul lewat program tersebut. Seperti di Kampung Meredan yang sejak lama warganya membudidayakan jahe merah. Dulu hasil panen jahe merah yang ditanam di halaman rumah warga sampai terbuang karena tidak laku dijual, namun kini ibu-ibu di sana sudah mahir mengolahnya jadi bubuk yang bisa bertahan sampai tiga bulan tanpa bahan pengawet kimia. Selain itu, ampas pembuatan minuman jahe merah bubuk juga bisa dijadikan permeh ting-ting jahe yang bisa dijual lagi. Produksi minuman jahe Kelompok Mekar Tani di Kampung Meredan kini meningkat dari 30 kilogram jadi 120 kilogram per bulan karena meningkatkan permintaan setelah beredar informasi bahwa kandungan jahe merah bisa meningkatkan imunitas tubuh terkait penyebaran virus Corona atau COVID-19. Program DMPA juga mendukung kelompok perempuan Dasawisma Srikandi di Kampung Perawang Barat untuk membuat taman berisi tanaman obat yang berdiri di lahan bekas pembuangan sampah. Taman Dasawisma Srikandi terdapat 65 jenis tanaman obat dan rempah yang ditata indah menjadi hamparan penuh manfaat di tengah gersangnya kawasan pemukiman yang berada di kota industri Perawang. Foto & Teks : FB Anggoro

Editor : Prasetyo Utomo

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi