Pohon sukun bercabang lima di Taman Rendo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, hingga kini tumbuh seakan menjadi saksi bisu sejarah tercetusnya pokok pikiran Pancasila yang menjadi dasar negara Republik Indonesia.<br />
<br />
Di bawah pohon itulah Bung Karno sering kali merenung, menghabiskan waktu di sore hari untuk memikirkan ide-ide Pancasila dan kebhinnekaan Bangsa Indonesia ketika ia diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1934-1938.<br />
Pengunjung mengamati piring keramik dalam rumah pengasingan Bung Karno tahun 1934-1938 setelah revitaliasi dan diresmikan menjadi museum situs Bung Karno
Pengunjung mengamati tempat tidur peninggalan dalam rumah pengasingan Bung Karno tahun 1934-1938 setelah revitaliasi dan diresmikan menjadi museum situs Bung Karno
<br />
Peristiwa sekitar 79 tahun silam itu kini masih terkenang melalui sebuah monumen di kawasan lapangan Pancasila yaitu salah satu dari dua situs Bung Karno yang difokuskan untuk direvitalisasi sejak tahun 2010.<br />
<br />
Pengunjung melihat benda peninggalan dalam rumah pengasingan Bung Karno tahun 1934-1938 setelah revitaliasi dan diresmikan menjadi museum situs Bung Karno
Suasana rumah pengasingan Bung Karno tahun 1934-1938 setelah revitaliasi dan diresmikan menjadi museum situs Bung Karno
Tujuan renovasi situs itu adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap sejarah bangsa sekaligus membuat ikatan batin antara Ende dan Republik Indonesia serta antara satu generasi dengan generasi yang akan datang.<br />
<br />
Selain Taman Rendo, rumah tempat pengasingan Bung Karno juga telah direnovasi sesuai desain aslinya menjadi sebuah museum yang menampilkan sejumlah benda peninggalan Bung Karno beserta keluarganya.<br />
Pengunjung melihat benda peninggalan dalam rumah pengasingan Bung Karno tahun 1934-1938 setelah revitaliasi dan diresmikan menjadi museum situs Bung Karno
Siswa sekolah melihat buku Bung Karno di perpustakaan dalam rumah pengasingan Bung Karno tahun 1934-1938 setelah revitaliasi dan diresmikan menjadi museum situs Bung Karno
<br />
Bagi warga Ende, sosok Bung Karno adalah bagian dari sejarah mereka, dan Ende adalah kota "rahimnya" Pancasila sehingga revitalisasi terhadap situs Bung Karno tersebut dianggap pula sebagai penghormatan bagi mereka.<br />
<br />
Patung Bung Karno merenung di bawah pohon sukun di Taman Rendo menjadi cerminan sejarah Pancasila di masa lampau
Bahkan, mereka setiap tahun selalu menggelar pagelaran seni budaya berbentuk pesta adat suku Ende Lio di Lapangan Pancasila untuk memperingati hari lahirnya Pancasila 1 Juni serta penghormatan terhadap Bung Karno sebagai pahlawannya.<br />
<br />
"Tahun ini kami sengaja merayakan hari lahirnya Pancasila lebih meriah dari sebelumnya sebagai penghormatan warga Ende untuk Bung Karno dan bagi pemerintah yang telah memberi perhatian kepada kami," kata Albertus Bale, seorang tokoh seniman Ende.<br />
<br />
Sesungguhnya ada 10 situs bersejarah di Ende yang secara bertahap akan direnovasi dan semua situs itu memiliki kedekatan dengan Bung Karno.<br />
<br />
Kesepuluh situs itu adalah pelabuhan, pos militer, rumah pengasingan Bung Karno, Taman Rendo, Masjid Ar-Rabithah, Gereja Katedral, rumah pastoran, gedung pertunjukan "Immaculata", eks Toko De Leew, serta makam Ibu Amsi yaitu mertua Bung Karno.<br />
<br />
<br />