SUKARELA JALANI ISOLASI MANDIRI DEMI KELUARGA

Terpapar virus Corona baru yang meyebabkan penyakit COVID-19 menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bagi setiap orang. Tanpa melihat status, baik kaya atau miskin, orang perkotaan hingga pedesaan, semua sangat memungkinkan untuk tertular virus yang berasal dari Wuhan, China ini. Untuk mencegahnya, perlindungan diri pun diperketat. Pemerintah mewajibkan untuk menjaga jarak aman sosial (Physical Distancing), menggunakan masker pelindung kapan pun dan di mana pun saat keluar rumah, selalu rajin mencuci tangan pakai sabun minimal selama 20 detik, hingga membawa cairan sanitasi tangan kemanapun mereka pergi. Langkah pencegahan lebih luas pun diambil pemerintah dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah dengan persetujuan dari Kementerian Kesehatan. Kecurigaan masing-masing orang juga meningkat. Setiap orang dari luar daerah yang masuk ke wilayahnya, maka akan diberikan status Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan wajib dikarantina. Ketika terdapat gejala klinis seperti demam tinggi dan batuk, maka orang tersebut masuk kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Tak hanya itu, orang dengan kondisi imunitas baik yang tertular virus tersebut pun tetap mendapat status Orang Tanpa Gejala (OTG). Wiranto , seorang laki-laki warga Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah salah satunya. Pria berusia 45 tahun yang berprofesi sebagai kernet tersebut usai melakukan perjalanan dari Bali pada hari itu. Dirinya dinyatakan sebagai kasus positif virus Corona OTG berdasarkan hasil tes rapid yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. Wiranto menyadari sepenuhnya, dirinya telah terpapar COVID-19, yang kemudian memilih untuk menjalani isolasi mandiri. Kabar segera disampaikan kepada keluarga dan tetangganya. Warga pun bergotong royong membuatkan sebuah gubuk berukuran 2 x 2 meter yang terbuat dari kayu dan beratapkan terpal di Lapangan Tazakka, Bandar. Alasan terkuat Wiranto memilih isolasi mandiri seorang diri di gubuk yaitu agar keluarga dan orang-orang terdekatnya tidak ikut terpapar virus seperti dirinya. Selain itu juga gubuk yang dihuninya dekat dengan keluarga, sehingga jika memerlukan kebutuhan sehari-harinya dapat lebih mudah, karena lokasi isolasi tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya. "Saya sangat bersyukur tidak dikucilkan. Bahkan keluarga dan tetangga sangat mendukung isolasi mandiri ini. Banyak dari mereka memberi semangat, juga mengantar makanan kepada saya," kata Wiranto. Setiap pagi sekitar pukul 10.00, Wiranto berjemur di bawah teriknya sinar matahari. Peregangan dan olahraga ringan juga dilakukannya untuk menjaga imunitas. Diakuinya, ia tidak merasakan gejala dan keluhan klinis apapun seperti demam, batuk dan tenggorokan panas. Selama berada di gubuk, dirinya lebih banyak beristirahat dan menikmati suasana alam. Sesekali Wiranto melakukan bersih-bersih di sekitar lingkungan gubuk. Tak ketinggalan pula untuk mencuci pakaiannya sendiri di aliran sungai kecil dekat gubuk. Anjuran untuk menjaga jarak saat bertemu keluarga dan tetangga yang menjenguk tetap diterapkan. Masker menjadi kebutuhan utama agar virus tidak berpindah tubuh. Saat sanak saudara mengantarkan makanan, cukup diletakkan di satu titik yang disepakati bersama. Rutinitas seperti ini dilakukan selama masa karantina mandiri sesuai protokol kesehatan yang telah ditetapkan sambil menunggu hasil tes swab yang menunjukkan dirinya telah terbebas dari virus Corona. Harviyan Perdana Putra Editor Widodo S Jusuf

Wiranto beraktivitas di gubuk tempat isolasi mandirinya.

Wiranto mencuci piring di sekitar gubuk tempat isolasi mandirinya.

Wiranto berolahraga di bawah teriknya sinar matahari untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan imunitas tubuh di sekitar gubuk tempat isolasi mandirinya.

Deretan baju milik Wiranto di gubuk tempat isolasi mandirinya.

Wiranto berolahraga di bawah teriknya sinar matahari untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan imunitas tubuh di sekitar gubuk tempat isolasi mandirinya.

Sejumlah tetangga datang menjenguk dengan membawa buah menuju gubuk tempat isolasi mandiri Wiranto.

Sejumlah tetangga datang menjenguk dengan membawa buah di gubuk tempat isolasi mandiri Wiranto.

Wiranto (kanan) dengan masker di wajahnya berbincang bersama tetangganya dalam jarak aman di sekitar gubuk tempat isolasi mandirinya.

Terpapar virus Corona baru yang meyebabkan penyakit COVID-19 menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bagi setiap orang. Tanpa melihat status, baik kaya atau miskin, orang perkotaan hingga pedesaan, semua sangat memungkinkan untuk tertular virus yang berasal dari Wuhan, China ini. Untuk mencegahnya, perlindungan diri pun diperketat. Pemerintah mewajibkan untuk menjaga jarak aman sosial (Physical Distancing), menggunakan masker pelindung kapan pun dan di mana pun saat keluar rumah, selalu rajin mencuci tangan pakai sabun minimal selama 20 detik, hingga membawa cairan sanitasi tangan kemanapun mereka pergi. Langkah pencegahan lebih luas pun diambil pemerintah dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah dengan persetujuan dari Kementerian Kesehatan. Kecurigaan masing-masing orang juga meningkat. Setiap orang dari luar daerah yang masuk ke wilayahnya, maka akan diberikan status Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan wajib dikarantina. Ketika terdapat gejala klinis seperti demam tinggi dan batuk, maka orang tersebut masuk kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Tak hanya itu, orang dengan kondisi imunitas baik yang tertular virus tersebut pun tetap mendapat status Orang Tanpa Gejala (OTG). Wiranto , seorang laki-laki warga Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah salah satunya. Pria berusia 45 tahun yang berprofesi sebagai kernet tersebut usai melakukan perjalanan dari Bali pada hari itu. Dirinya dinyatakan sebagai kasus positif virus Corona OTG berdasarkan hasil tes rapid yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. Wiranto menyadari sepenuhnya, dirinya telah terpapar COVID-19, yang kemudian memilih untuk menjalani isolasi mandiri. Kabar segera disampaikan kepada keluarga dan tetangganya. Warga pun bergotong royong membuatkan sebuah gubuk berukuran 2 x 2 meter yang terbuat dari kayu dan beratapkan terpal di Lapangan Tazakka, Bandar. Alasan terkuat Wiranto memilih isolasi mandiri seorang diri di gubuk yaitu agar keluarga dan orang-orang terdekatnya tidak ikut terpapar virus seperti dirinya. Selain itu juga gubuk yang dihuninya dekat dengan keluarga, sehingga jika memerlukan kebutuhan sehari-harinya dapat lebih mudah, karena lokasi isolasi tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya. "Saya sangat bersyukur tidak dikucilkan. Bahkan keluarga dan tetangga sangat mendukung isolasi mandiri ini. Banyak dari mereka memberi semangat, juga mengantar makanan kepada saya," kata Wiranto. Setiap pagi sekitar pukul 10.00, Wiranto berjemur di bawah teriknya sinar matahari. Peregangan dan olahraga ringan juga dilakukannya untuk menjaga imunitas. Diakuinya, ia tidak merasakan gejala dan keluhan klinis apapun seperti demam, batuk dan tenggorokan panas. Selama berada di gubuk, dirinya lebih banyak beristirahat dan menikmati suasana alam. Sesekali Wiranto melakukan bersih-bersih di sekitar lingkungan gubuk. Tak ketinggalan pula untuk mencuci pakaiannya sendiri di aliran sungai kecil dekat gubuk. Anjuran untuk menjaga jarak saat bertemu keluarga dan tetangga yang menjenguk tetap diterapkan. Masker menjadi kebutuhan utama agar virus tidak berpindah tubuh. Saat sanak saudara mengantarkan makanan, cukup diletakkan di satu titik yang disepakati bersama. Rutinitas seperti ini dilakukan selama masa karantina mandiri sesuai protokol kesehatan yang telah ditetapkan sambil menunggu hasil tes swab yang menunjukkan dirinya telah terbebas dari virus Corona. Foto dan Teks : Harviyan Perdana Putra Editor: Widodo S Jusuf

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi